Suara.com - Sukses bersama sonic/panic tahun lalu, The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab selaku inisiatif IKLIM hadir kembali dengan sonic/panic Vol. 2
Melalui konferensi pers yang digelar di Biji World, Ubud, Bali, pada Sabtu (9/11/2024), para musisi yang terlibat berkumpul dan menyuarakan urgensi krisis iklim yang kini semakin kentara. Mempertemukan 15 musisi, album sonic/panic Vol. 1 ini berupaya mengajar pendengar untuk menjaga bumi dengan lebih baik.
Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca berbagi kisah di balik pembuatan album bersama 14 musisi lainnya. Menurut sang vokalis, lokakarya yang digelar oleh IKLIM sebelum perilisan album merupakan momen yang krusial.
“Sebelum mengerjakan album, kami mengikuti workshop pendalaman materi. Ini yang membedakan sonic/panic Vol.2 dari kompilasi-kompilasi serupa yang pernah kami ikuti sebelumnya. Workshop ini memberikan kesempatan bagi musisi yang belum terlalu memahami isu tapi sudah sadar pentingnya untuk belajar lebih dalam, dan bagi mereka yang sudah paham, untuk memperbarui informasi serta memperkuat pemahaman mereka,” terang Cholil Mahmud, vokalis dari Efek Rumah Kaca, dalam rilis yang diterima Suara.com pada Kamis (14/11/2024).
Baca Juga: Kopi Instan Temani Para Pecinta Musik di Pestapora 2024
Selain Efek Rumah Kaca, album ini melibatkan band rock asal Pontianak, LAS!. Bob Gloriaus sebagai vokalis LAS! sempat berbagi pengalaman tentang perjalanan ke daerah terpencil yang kemudian menjadi inspirasi untuk berkontribusi bersama para musisi lainnya dan IKLIM.
"Kami menyaksikan bagaimana hutan adat yang menjadi sumber kehidupan masyarakat tradisional hancur karena proyek energi yang seharusnya ramah lingkungan. Ini memberi kami refleksi mendalam dan menginspirasi lagu yang kami ciptakan untuk album ini," ujar Bob.
Sementara di sisi lain, Asteriska menekankan adanya rasa tanggung jawab yang dibina bersama dalam perilisan album yang berfokus pada krisis iklim ini. Menurut sang musisi, upaya bersama diperlukan untuk menghadapi krisis iklim yang terjadi.
"Bergerak sendirian sering terasa seperti tanpa harapan. Tapi bergerak bersama, kita bisa mencapai lebih banyak. Dalam menjaga bumi, kita harus melangkah bersama," tegas Asteriska.
Bersama para musisi, inisiator dari inisiatif IKLIM, I Gede Robi Supriyanto menyatakan jika musik adalah salah satu medium yang kuat untuk mengupayakan perubahan.
Baca Juga: Penonton Lansia Riot Fest 2024 Meninggal Usai Nonton Slayer, Alami Pendarahan Otak
"Musik itu powerful. Untuk membuat perubahan, kita harus menyentuh hati orang, dan seni adalah media yang paling efektif untuk itu. Isu lingkungan adalah isu yang penting untuk dibicarakan. Jika kita sebagai masyarakat tidak berbicara, pemerintah tidak akan mendengarkan dan tidak akan mengangkat isu ini dalam kebijakan publik," jelas I Gede Robi Supriyanto.
Melalui sonic/panic Vol. 2, IKLIM memanfaatkan power yang ada di dalam maupun di balik musik untuk menggerakkan masyarakat. Menggerakkan atas kesadaran yang memunculkan tindakan untuk mengatasi krisis iklim yang ada.
Menariknya, IKLIM juga melibatkan seniman dalam menyuarakan harapan dan keresahan terhadap krisis iklim. Hasil karya mereka dipamerkan dalam pameran Titik Kritis di Biji World, Ubud.
IKLIM Fest yang digelar di Bali juga membagikan bibit pohon kepada para penonton, untuk bisa ditanam di rumah masing-masing sebagai bentuk partisipasi aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Sebagai tambahan informasi, album sonic/panic Vol. 2 dirilis oleh Alarm Records, label rekaman ramah lingkungan pertama di Indonesia.
Album ini mengolaborasikan musisi-musisi ternama seperti Efek Rumah Kaca, Petra Sihombing, Voice of Baceprot, Asteriska, Matter Mos, Bsar, Daniel Rumbekwan, Bachoxs, Down For Life, Jangar, LAS!, Poker Mustache, Rhosy Snap, The Vondallz, dan Wake Up Iris!. Para musisi tidak hanya berasa dari Jakarta maupun Denpasar, namun jug,, Makassar, Pontianak, Madiun, Malang, Bandung, Solo, hingga Fakfak.
Album sonic/panic Vol. 2 dapat dinikmati di berbagai platform streaming digital. IKLIM mengajak publik tak sekadar untuk menikmati musik namun juga mengadopsi langkah-langkah praktis untuk keberlanjutan bumi dalam kehidupan sehari-hari.