Suara.com - Retno Marsudi dikenal sebagai Menteri Luar Negeri perempuan pertama di Indonesia yang terkenal tegas dan frontal saat berbicara kemerdekaan rakyat Palestina.
Menjadi sosok yang tegas dan kuat di mata dunia Internasional, ternyata tidak lepas dari kehidupan keras yang dialami saat Retno kecil.
Bukan berasal dari keluarga kaya raya nyatanya bisa membuat Retno menjadi karakter yang kuat. Bahkan dia sempat merasakan kehidupan yang sangat sulit hingga pernah makan hanya dengan nasi dan garam.
Dalam acara FYP yang dipandu Raffi Ahmad dan Irfan Hakim, Retno menceritakan masa-masa sulit yang pernah dialaminya saat kecil.
“Saya itu mendapatkan karunia yang luar biasa, I was nobody,” kata pemilik nama lengkap Retno Lestari Priansari Marsudi dikutip pada Selasa (29/10/2024).
“Keluarga saya adalah bukan keluarga kaya, bukan keluarga pejabat, I was completely nobody,” katanya melanjutkan.
Kembali mengenang masa-masa sulitnya, Menlu yang menjabat dua periode berturut-turut itu merasa sedih dan ingin menangis.
“Jadi di satu titik, aku kalau cerita kayak gini mau nangis,” ungkapnya menahan tangis.
Saat masa-masa sulit, Retno mengatakan jika sang ibu hanya bisa memberi makan anak-anaknya dengan nasi dan garam serta parutan kelapa.
“Di satu titik ibu saya itu hanya bisa memberi makan anaknya nasi sama garam, sama parutan kelapa,” kata perempuan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Tumbuh menjadi sosok yang kuat dan keras, Retno mengaku hal tersebut tidak lepas dari pengalaman hidupnya yang sangat keras sejak dulu.
“Ada masa-masa yang kami memang susah, jadi memang kalau saya sekarang menjadi orang yang keras itu karena hidup saya sangat keras,” terang perempuan kelahiran Semarang, Jawa Tengah.
Merasa dirinya bukan siapa-siapa saat kecil hingga sempat merasakan hidup susah hingga makan dengan garam justru membuat Retno tersebut menjadi sosok yang survive menjalani kehidupan.
“Dari kecil, I’am completely nobody. Jadi ini mengingatkan pada masa kecil saya, saya pernah makan nasi dengan parutan kelapa dan dengan garam, but here I am, saya survive,” pungkasnya.
Kontributor : Rizka Utami