Suara.com - Aksi putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sekaligus Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep yang dengan bangga memakai rompi bertuliskan 'Putra Mulyono' dalam kunjungannya ke kawasan Jambe, Tangerang baru-baru ini ikut disorot pakar telematika Roy Suryo.
Dalam keterangan tertulis yang dikirimkan kepada Suara.com lewat pesan WhatsApp, Kamis (26/9/2024), Roy Suryo terang-terangan menyebut aksi Kaesang Pangarep sebagai tindakan kampungan.
"Gimmick ndeso (kampungan)," ujar Roy Suryo.
Roy Suryo juga menantang Kaesang Pangarep untuk sekalian membuat rompi bertuliskan 'Adik Fufufafa', agar lebih jantan mengakui bahwa dugaan keterlibatan Gibran Rakabuming Raka dengan akun itu memang benar adanya.
Baca Juga: Dulu Bernyali, Kaesang Pangarep Kini Mati Kutu Hadapi Skandal Jet Pribadi Hingga Fufufafa
"Sekalian 'Adik Fufufafa' aja kalau mau dibuatkan rompinya," kata Roy Suryo.
Bumbu-bumbu gimmick seperti yang dipertontonkan Kaesang Pangarep, dinilai Roy Suryo, memang punya nilai pemberitaan yang menarik. Perhatian publik pasti akan langsung tertuju ke aksi Kaesang, yang seakan-akan menantang publik dengan membenarkan bahwa ayahnya dulu memang bernama Mulyono.
"Gimmick semacam itu memang bisa menarik perhatian masyarakat, karena bersifat menantang dan hal kontroversial semacam ini pasti akan seksi alias laku untuk pemberitaan," jelas Roy Suryo.
Namun, Roy Suryo juga melihat tindakan Kaesang Pangarep sebagai hal bodoh. Mengingat sebutan Mulyono banyak dipakai masyarakat untuk menggambarkan sesuatu yang negatif dari kebijakan-kebijakan Jokowi.
"Di saat panggilan Mulyono ditujukan sebagai panggilan negatif kepada JKW, rasanya adalah kebodohan yang dipertontonkan secara vulgar, sekaligus sifat pongah dari mereka yang sudah merasa seperti seolah-olah keturunan 'Raja Jawa'," tutur Roy Suryo.
Baca Juga: 6 Koleksi Mobil Bobby Nasution yang Naik Private Jet Setengah Triliun
Gimmick semacam itu juga diyakini Roy Suryo sudah tidak relevan lagi dengan citra Jokowi beserta keluarga, yang terlanjur dicap negatif lewat berbagai kontroversinya beberapa waktu belakangan.
"Rakyat Indonesia kini sudah sangat mengerti bagaimana sebenarnya kelakuan dinasti tersebut. Yang dulu selalu dicitrakan sebagai merakyat, namun faktanya ternyata 180 derajat kebalikannya," pungkas Roy Suryo.