Suara.com - Pesinetron Dean Desvi ternyata punya alasan kuat di balik keputusannya membantu anak-anak Panti Asuhan Darussalam An Nur di kawasan Kunciran, Tangerang, yang diduga jadi korban penyimpangan seksual.
Dean Desvi mengaku tahu betul rasa sakit hati dan trauma jadi korban pelecehan seksual, karena pernah merasakan langsung peristiwa semacam itu dari salah satu produser sinetron tenar.
"Saya pernah mengalami pelecehan dari pimpro sebuah judul sinetron yang hits dan tenar. Pimpro itu inisialnya AJB, dia dari PH S. Kejadiannya di tahun 2022, bulan April," ungkap Dean Desvi di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Dean Desvi sudah mencium gelagat buruk sang produser sejak di lokasi syuting. Ia mendapati orang tersebut keluar masuk kamarnya setiap malam.
Baca Juga: Kronologi Kasus Taeil Eks NCT, Pasang Hidden Cam hingga Sadap Ponsel Korban Pelecehan
"Saya kan waktu itu syuting di villa, di Puncak. Jadi kami para pemain harus menginap," kisah Dean Desvi.
"Nah, si pimpro ini suka keluar masuk kamar saya malem-malem. Di situ, saya ada temen padahal. Satu kamar itu memang untuk dua orang," lanjutnya.
Sampai di satu malam, ketakutan Dean Desvi terbukti. Ia dilecehkan sang produser saat dalam perjalanan pulang dari Puncak ke Jakarta.
"Waktu itu, perjalanan dari Puncak ke Jakarta. Saya kan mau sidang tesis, jadi harus minta tanda tangan tesis saya ke rektor, dan harus ke Jakarta. Akhirnya sama pimpro ini mau diantar, barengan sama lima orang. Makanya saya nggak takut, meskipun itu sudah jam 12 malam," kenang Dean Desvi.
"Karena saya sudah lelah, ngantuk dan mau jaga kondisi karena besoknya mau sidang, saya tidur. Saya pikir saya di posisi aman, karena saya duduk di tengah, pimpro ini duduk di sebelah saya. Pas saya mulai tidur itu lah, saya mendapatkan pelecehan," sambungnya.
Baca Juga: Krisis Dunia K-Pop: Taeil Tinggalkan NCT Setelah Tuduhan Pelecehan Seksual
Dean Desvi saat itu tidak berani melawan. Ia takut orang-orang yang ada di dalam mobil memilih menuruti perintah sang produser karena faktor jabatan dalam produksi sinetron.
"Saya waktu itu nggak bisa apa-apa. Selain karena kondisi saya lelah dan ngantuk, saya nggak berani ngelawan karena takut dicekek atau dibuang dari mobil. Saya cuma bisa tepis-tepis aja," jelas Dean Desvi.
Butuh waktu satu tahun untuk Dean Desvi berani menyuarakan pelecehan yang ia alami, ke pihak rumah produksi yang mengerjakan sinetron tersebut. Aduan Dean berujung surat pemutusan hubungan kerja terhadap sang produser.
"Tapi sampai hari ini, nggak ada permintaan maaf langsung ke saya," ucap Dean Desvi.
Dean Desvi sendiri enggan menceritakan rincian perbuatan sang produser. Ia merasa hal seperti itu tidak perlu disampaikan ke publik.
"Itu hal memalukan," pungkas Dean Desvi.