Suara.com - Setelah kelar di Jakarta dan Bali, youtuber dan juga streamer kondang IShowSpeed menyambangi Jogja. Ia sempat mencicipi tradisi Masangin di Alun-alun Kidul.
Usai berpetualang ke Kota Tua, Jakarta hingga ke Monkey Forest di Bali, IShowSpeed bikin geger di Jogja. Setelah menyambangi Malioboro, ia menjajal tradisi Masangin yang terletak di Alun-alun Kidul atau Alun-alun Selatan.
Mengenakan batik dan blangkon serta dengan mata tertutup kain hitam, IShowSpeed yang dibuntuti banyak penggemarnya dengan lancar mampu menembus dua pohon beringin yang terletak di tengah Alun-alun Selatan.
Setelah berhasil menembus dua pohon beringin kembar itu, IShowSpeed sempat meluapkan kegembiraannya dengan bersiul layaknya selebrasi Cristiano Ronaldo.
Baca Juga: Belanda Kembalikan 288 Benda Bersejarah ke Indonesia, Termasuk 4 Patung Zaman Hindu-Budha
"Suuuuu," ucapnya disambut riuh para penggemarnya seperti dikutip dari live channel YouTubenya, Sabtu (21/9/2024).
Tradisi Masangin yang tak lain menembus jalur diantara dua pohon beringin dengan mata tertutup ternyata sudah ada sejak lama.
Menurut sejarah, tradisi masangin sudah ada sejak masa Kesultanan Yogyakarta terdahulu.
Tradisi tersebut dilakukan sebagai bagian dari adat topo hening atau topo bisu yang dilakukan pada malam suro.
Para prajurit serta abdi dalem Keraton Yogyakarta mengenakan pakaian lengkap adat Jawa dalam melaksanakan topo hening tersebut.
Baca Juga: Berapa Harta Kekayaan iShowSpeed yang Pecahkan Rekor Live Streaming di Jakarta?
Mereka kemudian berbaris rapi kemudian melakukan topo hening tersebut dengan berjalan dimulai dari halaman keraton menuju pelataran alun-alun melewati dua beringin kembar yang ada di tengah alun-alun.
Ritual melewati pohon beringin itu dipercaya untuk mencari berkah dan meminta perlindungan dari serangan musuh.
Beringin kembar tersebut dipercaya sebagai syarat meminang putri Sultan Hamengkubuwono I.
Ditulis dalam buku Switzy Sabandar bertajuk Mitos Beringin Kembar Yogyakarta, dari laku Masangin hingga Laut Selatan, dijelaskan Sri Sultan Hamengkubuwono I memberikan syarat kepada pria yang akan melamar putrinya dengan ritual masangin.
"Sang pelamar harus melewati beringin kembar dengan mata tertutup. Dari sejumlah pria yang mencoba hanya seorang pria dari Kerajaan Siliwangi yang mampu melewatinya," tulisnya.
Terpisah, menurut keterangan Penghageng Tepas Dwaraputra Keraton Yogyakarta KRT Jatiningrat bahwa tradisi masangin hanya sekadar permainan dan tak memiliki filosofi tertentu.
Ia bahkan memastikan bila mitos siapa saja yang mampu melewati beringin kembar tersebut akan terkabul keinginannya adalah tak benar.