Suara.com - Nama Yasmin Nur mendadak menjadi perbincangan publik, terutama di platform X. Perempuan ini diduga adalah staf khusus presiden (stafsus) yang jejak digitalnya dinilai mengkhawatirkan.
Melalui unggahannya di media sosial, Yasmin terang-terangan mengaku pernah memenjarakan orang dengan mudah. Bahkan Yasmin berniat melakukannya ketika sedang bersitegang dengan orang lain.
"Laporin Bareskrim enggak yah. Udah pernah sih menjarain orang, kasihan banget tapi habis gitu nasib-nasib mereka yang kena opsus," kata Yasmin Nur dengan begitu percaya diri di media sosial.
Apa yang diutarakannya itu tentu menuai amarah dari publik. Apalagi dengan membawa-bawa persoalan operasi khusus yang seharusnya tidak digunakan untuk urusan pribadi dengan seenaknya.
Baca Juga: Bukan Rp1,3 M, Asisten Nikita Mirzani Bongkar Nominal Asli yang Ditilap Eks Manajer Fuji
"Pak @jokowi, ini benar akun @yasminsakti yakni asisten stafsus Anda? Ini beneran bisa request ke Bareskrim @DivHumas_Polri untuk bikin operasi khusus menjarain orang-orang yang dia pengin? Opsus tuh maksudnya operasi khusus? Serius nih pajak rakyat buat bayar modelan begini?" kata seorang warganet garam terkait Yasmin Nur.
Pada unggahan lain yang dibagikan oleh akun X @ffikri***, terkuak gaji yang diperoleh oleh Yasmin Nur yang kini disebut sebagai Stafsus presiden yang problematik.
Yasmin sendiri disebut memiliki jabatan sebagai asisten dari Stafsus yang utama. Meski hanya asisten, gaji yang diperoleh oleh Yasmin Nur bisa mencapai angka Rp32,5 juta.
Sementara Stafsus yang berada di posisi atas memiliki gaji mencapai Rp51 juta. Ditambah dengan dua bawahan lainnya yaitu wakil sekretaris pribadi presiden dengan gaji Rp36,5 juta dan pembantu asisten dengan gaji Rp19,5 juta.
Data tersebut kemudian digunakan oleh pengguna X untuk menghitung seberapa banyak uang yang dikeluarga negara untuk menggaji para asisten tersebut.
Baca Juga: Beda Gaji Asisten Raffi Ahmad vs Atta Halilintar, Benarkah Capai 2 Digit?
"Kalau pakai hitungan satu orang dua asisten, satu asisten punya dua asisten lagi. Tiap bulan negara keluar kurang lebih Rp245juta-an buat gaji pokok satu tim. Bayangin stafsus milenial aja ada tujuh. Tiap bulan negara keluar Rp1 miliar lebih buat gaji orang-orang yg belum tentu dibutuhin ini," kritik pemilik akun @ffikria***.
Lebih lanjut, warganet pun dibuat ragu dengan posisi asisten stafsus yang memang diperlukan atau justru sebaliknya.
"Emang enggak dibutuhin, bukan belum tentu. Enggak efektif dan kompeten aja mereka sampai harus gemukin tim untuk bikin dan rancang kebijakan," kata seorang warganet.
"Bener-bener negara cuma buat pejabat doang," komentar warganet yang lain.
Ada pula yang membandingkan dengan gaji para guru dan dosen yang dinilai lebih berguna bagi bangsa.
"Padahal tidak ada kontribusinya tapi gajinya lebih gede dari pada guru dan dosen," sindir warganet lainnya.