Suara.com - Silfester Matutina mengaku masih sakit hati setelah dianggap publik kalah berdebat dengan Rocky Gerung di sebuah acara televisi pada Selasa (3/9/2024) lalu.
Relawan Presiden Joko Widodo itu berjanji akan mengejar Rocky Gerung sampai ke mana pun demi memberi pelajaran kepada akademisi itu.
![Rocky Gerung dan Silfester Matutina terlibat debat panas. [YouTube/Inews]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/05/70569-rocky-gerung-dan-silfester-matutina-terlibat-debat-panas.jpg)
Silfester Matutina menyebut Rocky Gerung kerap menghina orang lain, termasuk Jokowi. Padahal, Rocky selalu bukan menghina individu, melainkan mengkritik kebijakan sang presiden.
"Rocky Gerung yang selama ini selalu memfitnah, merendahkan dan memaki semua orang di Republik ini, termasuk para senior, akademisi, pakar dan juga kepada Presiden Jokowi, yang dikatakan tolol dan bang***," ucapnya dalam video klarifikasi.
"Selama ini orang-orang tidak pernah membalas, hanya mendiamkan saja. Tapi coba kita bayangkan bagaimana kalau kita, saudara kita, orangtua kita, dihina sebegitu rendahnya oleh Saudara Rocky Gerung. Apa kita bisa terima?" sambungnya.
Ketua Umum organisasi relawan pendukung Jokowi, yakni Solidaritas Merah Putih (Solmet) itu merasa lebih baik mati dibanding dihina dan direndahkan.
"Kalau saya sebagai orang Indonesia Timur, lebih baik mati daripada dihina dan direndahkan seperti itu. Saya berjanji, saya akan mengejar orang itu sampai ke lobang tikus mana pun," lanjutnya, dikutip dari unggahan @joe.marbun pada Kamis (6/9/2024).
Silfester juga menyinggung kejadian pada tahun lalu yang menganggap Rocky kabur di tengah perdebatan dengan dirinya.
Dalam perdebatan itu, Silfester mengklaim sang pengamat politik telah memfitnah Jokowi. Sang presiden disebutkan akan menguasai IKN dengan anak sulung serta cucunya, Gibran Rakabuming Raka dan Jan Ethes.
Baca Juga: Bukan Alhamdulillah, Ronal Surapradja Sebut Innalillahi Diusung Jadi Cawagub Jawa Barat
Tidak hanya itu, Rocky Gerung juga dikatakan menuding Jokowi iri dengan dua mantan presiden, Megawati sekaligus SBY, yang bisa membuat partai setelah purna tugas.