Suara.com - Ayah Muhammad Iqbal Ramadhan, Moerdiono, dikenal publik sebagai salah satu orang kepercayaan Presiden ke-2 RI, Soeharto.
Mengingat hubungan keduanya yang cukup dekat mulai sekitar 1965, Soeharto diriwayatkan mengetahui polemik kisah asmara Moerdiono. Hal itu tertuang dalam buku 'Pak Moer-Poppy The Untold Story' tulisan Derek Manangka.
"Kisah kehidupan rumah tangga Pak Moer, termasuk pisah rumahnya dengan istri pertama, sejatinya sudah bukan rahasia lagi bagi keluarga Cendana. Apalagi kalangan menteri," bunyi narasi dalam buku itu di halaman 96.
Seperti diketahui, Moerdiono menikah dengan istri pertamanya, Maryati, pada 4 April 1959. Tetapi, hubungan rumah tangga keduanya tak berujung harmonis.
Baca Juga: Kekecewaan Iqbal Ramadhan kepada Jenderal Moerdiono: Kenapa Harus Dilahirkan...
Pada 1986-an, Moerdiono memilih untuk berpisah dengan Maryati meski tak berujung perceraian. Hal itu diutarakan oleh salah satu putra mereka pada 2011 lalu.
"Saya kaget, kenapa baru sekarang? Padahal, alasan bapak karena sudah berpisah selama 25 tahun, kenapa nggak dari dulu aja," ujar Novianto Prakoso.
Meski memiliki hubungan rumah tangga yang tidak harmonis, Soeharto tampaknya enggan ambil pusing soal status asmara Moerdiono. Moerdiono tetap ditunjuk sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg).
Ketika era tersebut, seorang Menteri yang rumah tangganya bermasalah akan kesulitan menjalankan tugas. Selain gosip tidak sedap, sang menteri tersebut akan kesulitan jika ada urusan protokoler negara.
Karena itu, Jenderal Moerdiono diriwayatkan sempat berkecil hati diminta Soeharto untuk menjadi Mensesneg pada tahun 1988-an.
Baca Juga: Sempat Tak Diakui, Iqbal Ramadhan Tahan Tangis Bertanya ke Moerdiono: Kenapa Gak Pernah Mau Ketemu?
"Pak Moer merasa tidak patut menduduki posisi penting mengingat kisruh rumah tangganya. Maka dia berusaha menolak," sambung narasi dalam buku itu.
Setelah berkonsultasi dengan seniornya, Sudharmono, Moerdiono tetap diangkat sebagai menteri dengan beberapa persyaratan. Kendati tak rujuk, dia diwajibkan didampingi istri pertamanya jika ada urusan kenegaraan.
Moerdiono diriwayatkan masih berkecil hati urusan rumah tangganya tersebut sehingga engan mengambil jatah rumah jabatan menteri dari pemerintah.