Infografis
Suara.com - Setibanya di Indonesia pada Selasa (3/9/2024), Paus Fransiskus bertemu dengan sejumlah tokoh Tanah Air. Salah satunya adalah Pendeta Gilbert Lumoindong.
Lewat akun Instagram pribadinya, Pendeta Gilbert Lumoindong mengabadikan momen pertemuan dengan Paus Fransiskus di Indonesia.
"Doa dan kasih yang tulus dengan penuh kebanggaan. Mengucapkan selamat datang yang mulia, Paus Fransiscus, doa kami kehadiran yang mulia," ucap Pendeta Gilbert, dilansir pada Rabu (4/9/2024).
![Paus Fransiskus (kiri) menyampaikan pesan dalam kunjungannya di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (4/9/2024). [ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/Ak/tom]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/09/04/36168-kunjungan-paus-fransiskus-ke-indonesia-paus-fransiskus-gereja-katedral-jakarta.jpg)
Di samping momen pertemuan tersebut, jam tangan Paus Fransiskus dan Pendeta Gilbert Lumoindong juga tak kalah menarik dibicarakan.
Baca Juga: Makna Mendalam di Balik Gelar Paus: Pemimpin Spiritual Umat Katolik
Seperti diketahui, gaya hidup Paus Fransiskus sedang hangat disorot publik setibanya di Tanah Air. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia itu dikenal memiliki gaya hidup sederhana.
Dalam platform media sosial X, seorang warganet mengungkap jika Paus Fransiskus menggunakan jam tangan dari brand Casio dengan edisi MQ24-7B3. Satu unitnya dibanderol sekitar Rp150 ribu.
"Jam tangan Paus Fransiskus, Casio MQ24-7B2. Harga 8 US Dollar atau Rp 124 ribu. Harga tersebut dikonfirmasi oleh Casio pada tahun 2020 yang lalu," tulis akun @JhonSitorus_18.
Sementara, Pendeta Gilbert Lumoindong diketahui gemar mengoleksi jam tangan branded.
Pendeta Gilbert Lumoindong pernah terpantau memakai arloji GMT-Master sekitar Rp384 juta dan Cartier Santos 100 Watch seharga Rp113,5 juta.
Baca Juga: Arti Baju Berwarna Putih yang Selalu Dikenakan Paus Fransiskus
Pendeta Gilbert juga sempat memakai jam tangan Rolex GMT-Master II 16713 18K Yellow Gold & Steel Root-Beer New Old Stock. Satu unitnya dibanderol seharga Rp390,2 juta.
Demikian adalah perbandingan koleksi jam tangan dua pemuka agama, Pendeta Gilbert Lumoindong dan Paus Fransiskus.
