Suara.com - Pamungkas mempercayakan lagu “Putus” sebagai single ketiga dari album Hardcore Romance. Single ini menjadi penanda penting dalam perjalanan Pamungkas sebagai penulis lagu. “Putus” menjadi bukti bahwa Pamungkas dapat menerjemahkan perasaan-perasaan kompleks menjadi sebuah musik yang eklektik.
“Membuat lagu dengan judul ‘Putus’ sebetulnya sebuah ide dan cita-cita yang sudah lama, karena belum pernah ada yang buat lagu judulnya ‘Putus.’ Jadi, sebagai songwriter ada sebuah challenge tersendiri untuk gue bisa bikin bagaimana kata ‘Putus’ menjadi wajar didengar. Gue orang yang suka sekali bahasa Indonesia. Arti dalam kata-kata bahasa Indonesia bisa punya banyak makna, dan itu yang yang gue suka banget tentang bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat puitis,” kata Pamungkas.
Meski berjudul “Putus”, lagu ini bukan tentang kandasnya sebuah hubungan. “Putus” adalah lagu yang menggambarkan bagaimana seseorang begitu memuja sosok yang dikasihinya, sosok yang tak tergantikan, yang membuat segala selain sosok yang diinginkan tak lagi berarti. Lagu ini juga memperdengarkan eksplorasi Pamungkas pada diksi-diksi bahasa Indonesia, dengan pemilihan yang cukup berani.
“Lagu ini judulnya ‘Putus’ tetapi pas didengarkan ternyata bukan tentang putus sebuah hubungan. Sebetulnya ini lagu cinta, liriknya ‘Yang selain dirimu putus, yang selain cintamu, selain bibirmu, dan selain matamu, selain harum tubuhmu, putus.’ Walaupun di bagian akhir gue bilang semua tak lagi sama,” kata Pamungkas.
Baca Juga: 3 Pemain Timnas Indonesia U-20 yang Diprediksi Jadi Andalan di Turnamen Korea Selatan
“Putus” menjadi satu-satunya lagu dalam Hardcore Romance yang drum-nya diisi oleh Raden Rohan, drummer sekaligus kakak kandung Pamungkas. Pamungkas benar-benar menjadikan album kelima ini personal, merekam seluruh instrumen sendirian.
Menjadikan Hardcore Romance taman bermain yang memberinya kebebasan dalam eksplorasi dan berekspresi. Dalam proses penulisan “Putus”, Pamungkas banyak berdiskusi dengan Harry Budiman, salah satu penulis lagu legendaris yang berada di balik karya-karya besar industri pop Indonesia.
“Gue bilang ke Mas Harry kalau gue ada lagu (‘Putus’), tetapi gue ragu dengan reff-nya. Mas Harry yang mengajarkan gue bikin lagu, mengajarkan gue musik, jadi produser. Dari kecil I look up to him. Mungkin bisa disebut musical guru. Beliau bilang, ini reff-nya bisa lebih begini, terus bilang bagian-bagian lain bisa begini. Terus untuk pergantian kord, dia memberi saran ada penambahan bagian ujung. And it became what it became. Ini salah satu lagu yang gue tulis bersama Mas Harry Budiman,” kata Pamungkas.
Seperti karya-karya Pamungkas lain, “Putus” juga lahir dari refleksi mendalam. Dikemas sebagai lagu cinta yang relevan dengan banyak orang, sejatinya lagu ini tercipta dari kegusaran Pamungkas dalam memulai hubungan.
“Sebenarnya ini lahir dari sebuah kekhawatiran. Kekhawatiran bahwa gue tidak dilihat sebagai manusia biasa, sisi manusianya jauh lebih kecil dilihatnya daripada sisi komersilnya. Mungkin itu sebuah kekhawatiran, makanya gue selalu bertanya, apakah gue dilihat sebagai manusia? apakah gue didengarkan sebagai manusia? Lagu ini bentuk kekhawatiran seorang Pamungkas yang bertanya apakah gue juga dilihat sebagai manusia, atau hanya ‘jubahnya’ (sisi luar) saja,” tutup Pamungkas.
Baca Juga: Ungkap Rasa Bersalah, Aldi Handaling Melepas Single 'Naive'