Suara.com - Dokter sekaligus penyanyi Teuku Adifitrian alias Tompi memberikan pandangannya mengenai budaya senioritas di dunia kedokteran Indonesia.
Tompi menyoroti bagaimana lingkungan rumah sakit selama ini terdapat tekanan yang besar bagi tenaga kesehatan (nakes) muda atau junior.
Menurut Timpi, nakes muda umumnya enggan mengkritisi atau mengoreksi tradisi yang ada. Meskipun, merasa tak nyaman atau tak setuju dengan situasi.
"Seberapa banyak sih nakes junior yang berani menyampaikan kritik/ketidaksetujuan akan sesuatu yang berlangsung di RS-dunia praktik kedokteran?" tulis Tompi melalui akun X-nya, yang dikutip pada Senin (19/8/2024).
Tompi menyebut bahwa hanya sedikit tenaga kesehatan yang berani mengoreksi seniornya. Jika ada yang berani bersuara, mereka melakukannya dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan konsekuensi buruk bagi diri mereka sendiri.
"Kalaupun berani menegur, bunyinya akan penuh dengan 'ijin menyampaikan… atau maaf kalau bisa…'," lanjut Tompi.
Lebih lanjut, Tompi menjelaskan bahwa rasa takut untuk bersuara ini sering kali berakar dari risiko dikucilkan atau dianggap sebagai orang yang keras kepala oleh senior.
Kondisi ini, menurutnya, membuat banyak tenaga kesehatan muda merasa tertekan dan memilih untuk diam.
"Kenapa jadi takut? Karena begitu ada yang berani bunyi, dianggap keras kepala, dosanya diungkit-ungkit, dan jadi terkucilkan. Yang setuju angkat tangan," tulis Tompi.
Baca Juga: Tompi dan Haji Faisal Sama-Sama Tegas Tegur Atta Halilintar, Ada yang Sampai Gunakan Kata Bodoh
Diduga, tulisan Tompi ini terkait dengan kasus dugaan perundungan mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro yang menimpa Aulia Risma Lestari.
Aulia diduga mendapatkan perundungan ketika praktik di RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah, hingga putuskan bunuh diri dengan menyuntik dirinya sendiri menggunakan obat bius, sehari sebelum meninggal.