Infografis
Suara.com - Ferry Maryadi berusaha tegar melepas kepergian Ibunya, Rospita. Tapi air matanya tumpah juga saat mengazankan jenazah sang bunda saat prosesi pemakaman.
Ferry Maryadi mengatakan, sebagai anak bungsu, dia begitu patah hati ditinggal sang ibu. Tapi dia tidak mau menunjukkan kesedihan di depan publik.
"Kelihatannya aja tegar, tapi pasti hancur dan patah hati. Tapi kalau saya terlihat sedih di depan anak dan istri, gimana mereka?" kata Ferry Maryadi di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan pada Kamis (15/8/2024).
Baca Juga: Deswita Maharani Ungkap Penyebab Wafatnya Sang Mertua, Ibunda Ferry Maryadi
Ferry Maryadi berusaha menepis kesedihan dengan mengenang momen manis. Beberapa diantaranya hadir saat ia dan sang ibu menjalani umrah.
Ferry Maryadi menggambarkan ibunya sebagai sosok unik. Sebab perempuan 79 tahun itu tak memiliki banyak permintaan, namun saat ingin sesuatu, hal tersebut terbilang agak lain.
"Saya tanya mama mau makan apa? Awalnya nggak ada (permintaan), tapi ingat mau kebab sebelah kanan, penjualnya pakai peci putih," kenang Ferry Maryadi.
Padahal kala itu sudah tengah malam dan hujan badai. Tapi demi sang ibu, Ferry Maryadi membeli kebab.
"Hujan-hujanan saya pakai payung. Beli dua kebab, dan pas ketemu cuma sekali makan," ujar bintang film Pretty Boys ini.
Baca Juga: Innalillahi, Ibu Ferry Maryadi Meninggal Dunia
Sisanya, ibu Ferry Maryadi memberikan makanan tersebut ke teman-temannya.
Permintaan ibu Ferry Maryadi tak berhenti sampai di situ. Di tengah gurun pasir, ia meminta es krim.
"Mau cari kemana eskrim? Tapi ya udah, aku cari. Mama sukanya apa? Vanila ada sedikit stroberi," ucap suami Deswita Maharani ini.
![Ferry Maryadi saat memakamkan ibunya di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan pada Kamis (15/8/2024) [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/08/15/21625-ferry-maryadi.jpg)
Permintaan tersebut harus dituruti secara spesifik. Sebab jika tidak, ibu Ferry Maryadi menolak untuk menyantapnya.
Hal ini pula yang pernah dialami Deswita Maharani. Kata dia, sang mertua pernah menginginkan martabak dengan satu telur saja.
"Kalau telurnya dua, dia nggak mau makan," kata Deswita Maharani mengenang.
