Suara.com - Jelang HUT Republik Indonesia yang ke-79, lagu-lagu Nasional kembali menggema di sejumlah ruang publik seperti pusat perbelanjaan. Salah satu lagu yang layak kita nikmati adalah "Bagimu Neg'RI" ciptaan Kusbini.
Lagu "Bagimu Neg'RI" memiliki lirik yang sangat singkat. Meski begitu, lagu Nasional ini memiliki makna yang begitu dalam. "Bagimu Neg'RI" sebuah lagu yang menggambarkan kecintaan dan pengorbanan untuk Indonesia.
Namu ada sejumlah fakta menarik yang banyak orang tidak tahu dari lagu "Bagimu Neg'RI". Hal itu terungkap saat publishing Penerbit Karya Musik Pertiwi (PMP) mendampingi beberapa penyanyi anak asuh dari Presidenmusikindo, yaitu Malaika Azura, Zahra Cama, Shanun Rahmani, Andrea Koo, berkesempatan untuk mengunjungi ahli waris Kusbini.
Dua putri Kusbini; Titi Asta Ksvara dan Titi Sad Ksvara yang juga menjadi ahli waris mengungkap beberapa hal menarik dari lagu "Bagimu Neg'RI". Termasuk tentang perjalanan hidup Kusbiini serta latar belakang lagu "Bagimu Neg'RI".
Baca Juga: Hapalkan dari Sekarang, Ini Lirik Lagu Nasional untuk Upacara 17 Agustus
Salah satunya adalah tentang penulisan judul lagu "Bagimu Neg'RI" (dengan tanda kutip di belakang "Neg" dan di akhiri huru RI) di mana banyak orang salah menuliskannya. Padahal ada alasan yang sangat serius dibalik gaya penulisan tersebut. Neg'RI sendiri adalah singkatan dari Negara Republik Indonesia.
"Negerinya itu ada koma atasnya (Neg'RI). Itu banyak yang salah menulis. Itu singkatan sebenarnya. Karena kalau negeri itu kan (penjajah/Belanda) langsung tahu, oh negaranya. Tapi kalau menyebut Negara Republik Indonesia, ditangkap. Karena saat itu belum merdeka. Jadi Neg'RI bukan Negeri," kata Titi Asta Ksvara bersama Titi Sad Ksvara.
Selain itu menurut Titi Asta dan Titi Sad, syair lagu "Bagimu Neg'RI" sangat berat untuk dijalankan dan tidak semua orang mampu melakukannya.
"Coba ditelaah saja. 'Padamu negeri kami berjanji'. 'Padamu Negeri Kami berbakti'. Sama ibu bapak saja belum tentu mau berbakti. 'Padamu Negeri kami mengabdi.' Mengabdi itu lahir batin, tidak hanya lahirnya. 'Bagimu negeri jiwa raga kami'. Berani enggak? Jiwa raga kita disampaikan kita ke negara atau masyarakat umum," tutur Titi Asta.
Selain mengunjungi ahli waris Kusbini, Penerbit Karya Musik Pertiwi dan para penyanyi cilik juga mendatangi pencipta lagu "Terima Kasihku (Guruku)", Sri Widodo. Dalam perbincangannya, Sri Widodo menceritakan bagaimana ia membuat lagu tersebut.
Baca Juga: Bawakan Lagu Nasional di MLB World Tour Seoul Series, Baekhyun Tuai Pujian
"Terima Kasihku (Guruku)" diciptakan Sri Widodo sekitar tahun 1965. Saat itu, Sri yang berprofesi sebagai guru tengah gembira sekaligus sedih karena di akhir tahun ajaran, ada setengah muridnya yang tak lulus. Ada 34 murid di mana 17 orang lulus dan 17 orang dinyatakan tidak lulus.
"Kami sangat sedih sebagai guru biasa, tapi mendukung kelancaran sekolah. Akhirnya apa, pas di belakang panggung di acara tutup tahun itu, di belakang anak yang pandai, dia bilang 'pak terima kasih atas bimbingan bapak yang telah menyebabkan kami lulus'," kata Sri Widodo mengenang.
Ucapan terima kasih dari salah seorang murid membuat Sri Widodo terharu. "Kami sedih, lalu tertulis lagu itu, dan kata-katanya sebagian dari anak itu. 'Terima kasih pak, atas bimbingan bapak yang tulus'. Akhirnya lagu tersebut tersebar dari SD ke SD. waktu itu kami hanya mengiringi biasa, pakai piano,” ujar Sri Widodo.
Seorang sahabat menyukai lagu "Terima Kasihku (Guruku)" dan dibawa ke Jakarta. Lagu tersebut kemudian diperkenalkan di sekolah-sekolah hingga akhirnya tampil di acara teve Nasional, TVRI.
Kegiatan ini direspon dengan mengadakan rekaman lagu "Terima Kasihku” yang dinyanyikan oleh keempat penyanyi anak berbakat; Malaika Azura, Zahra Cama, Shanun Rahmani, Andrea Koo, dan rencananya akan rilis segera bersama dengan video klipnya di kanal YouTube GNP Music.
Di Agustus 2024, di bulan Kemerdekaan ini, Karya Musik Pertiwi merilis lagu-lagu kemerdekaan yang dibawakan oleh keempat pernyanyi berbakat yaitu "Dari Sabang Sampai Merauke" oleh Zahra Cama (5 Agustus), "Indonesia Tetap Merdeka" oleh Malaika Azura (8 Agustus), "Bagimu Neg’RI" oleh Andrea Koo (11 Agustus) dan "Maju Tak Gentar" oleh Shanun Rahmani (14 Agustus).