Suara.com - Semangat Anggy Umbara menghadirkan film yang sarat isu sosial tak redup meski sampai dipanggil polisi imbas film Vina: Sebelum 7 Hari yang mendapat sorotan publik.
Kini, Anggy Umbara bersiap menyambut penayangan film terbarunya, Kromoleo: Teror 1 Malam pada 22 Agustus 2024. Di situ, Anggy mengangkat lagi kisah penembakan misterius atau petrus yang dulu menyasar para preman.
“Ya Kromoleo-nya emang mitos, tapi cerita di balik itu sama, ada sedikit pengingat juga bahwa ada penyimpangan terhadap hak asasi manusia,” ujar Anggy Umbara di kawasan Setiabudi, Jakarta, Jumat (19/7/2024).
Kromoleo adalah cerita horor legendaris tentang rombongan pembawa keranda mayat yang sempat menggegerkan warga Desa Majenang, Jawa Tengah pada 1994.
Baca Juga: Anggy Umbara Ternyata 3 Kali Dipanggil Polisi Gara-Gara Film Vina Viral
“Itu di Jawa Tengah, tapi jadi urban legend,” kata Anggy Umbara.
Anggy Umbara sadar, keputusannya mengangkat kisah petrus ke layar lebar berpotensi membuat beberapa pihak tersinggung.
Namun, Anggy Umbara meyakini bahwa publik harus tetap mengingat peristiwa kelam yang pernah terjadi di negeri ini.
“Penginnya sih gitu. Saya tetep pengin berpesan untuk sama-sama inget kejadian di masa lalu,” jelas Anggy Umbara.
Anggy Umbara cuma berharap pro kontra yang berpotensi timbul dari kisah Kromoleo bisa mengulang apa yang terjadi dengan film Vina: Sebelum 7 Hari.
Baca Juga: "Mati Dong Demokrasi Kita!", Anggy Umbara Kritik Pelaporan Film Vina: Sebelum 7 Hari
“Semoga pro kontranya membawa ke hal baik. Jadi bisa membawa kita untuk lebih mawas diri, lebih menghargai satu sama lain, lebih menghargai hak asasi manusia,” ucap Anggy Umbara.
“Semoga film itu juga bisa membuka mata kita semua dari semua generasi,” imbuhnya.
Sebelumnya, Anggy Umbara menyatakan bahwa setiap film yang ia ciptakan memang harus punya pesan sosial kuat. Ia ingin menjadikan film sebagai media untuk memperjuangkan masalah-masalah sosial yang belum selesai.
“Dari dulu, bahkan bukan cuma di Indonesia, salah satu fungsinya film ya menjadi kontrol sosial. Kami mengingatkan dan menolak lupa bahwa ini pernah terjadi,” terang Anggy Umbara.