Suara.com - Keringat dingin mengucur amat deras. Tapi bukan lagi syok, migran, atau mandi air es, saya cuma gugup saat berada di sebuah kafe di bilangan Kemanggisan, Jakarta Barat.
Malam itu, saya tengah menunggu giliran tampil di depan dua juri: Erwin Wu dan Rio Dumatubun untuk audisi kompetisi internal Stand Up Indo Jakarta Barat.
Dua juri tadi punya nama besar di skena lawak tunggal Tanah Air. Sosok pertama adalah Wakil Presiden Stand Up Indo. Sementara Rio merupakan juara pertama kompetisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV musim kesembilan.
Waktu yang dinanti sekaligus jadi momok bagi saya datang juga. Pelan-pelan saya melangkah masuk ke dalam ruangan audisi yang ukurannya sekira dua kali lima meter, sedikit lebih besar dari toilet SPBU Pertamina. Bedanya lagi dengan toilet SPBU pelat merah tersebut, pintu ruangan ini bisa ditutup rapat tanpa harus diganjal kaki atau ember.
Lanjut. Dua juri duduk di kursi panjang berundak. Kecilnya ruangan membuat tempat saya berdiri cuma berjarak satu meter dari Erwin dan Rio. Ya, kami bertiga saling tatap-tatapan, romantis. Untungnya, nggak ada yang bilang sayang ke satu sama lain.
Malam itu saya gagal menembus dinding tebal audisi. Jam terbang di bidangnya memang berperan penting atas keberhasilan seseorang. Saya cuma contoh kecil. Sekelas menteri aja ada yang nggak ahli di bidangnya. Biasanya yang begitu-begitu bisa masuk kabinet lewat jalur giveaway.
Anyway, usai unjuk gigi, saya masih ingat betul Rio sempat tanya apakah saya pernah open mic atau belum. Rio dan Erwin terhentak dan sedikit beranjak dari kursi. Bukan karena kaget dengan jawaban saya, mereka memang mau bergeser aja.
"Belum pernah bang, ini pertama kali dan langsung ikut audisi," kata saya.
Ko Erwin, sapaan akrab Erwin, dan Rio tak memberikan saya Golden Ticket sebagai tanda peserta yang lolos. Tapi ada yang bikin hati ini tak langsung mengecil. Sebab, oleh mereka saya dimasukkan dalam kategori "diberikan kesempatan" yang artinya masih ada peluang untuk lolos.
Baca Juga: Keseruan 'Trial Class Pecahkan Imajinasinya', Kelas Gratis Belajar Stand Up Comedy
"Jangan pulang dulu. Tunggu pengumuman akhir, siapa tahu lolos. Tapi kalau nggak lolos, pesan gue banyakin open mic dulu ya. Tapi gue suka delivery-nya sih," pesan Rio.
Sementara, peserta yang sudah divonis gugur dari ruangan audisi, kebanyakan langsung bergegas pulang meninggalkan tempat audisi. Wajah mereka penuh kekecewaan, kegetiran, kepahitan, dan kemunafikan. Lebay!
Siapa saja yang lolos akhirnya diumumkan di atas panggung oleh MC yang juga salah satu komika senior Stand Up Indo Jakbar, Rere Rassofyan. Nama saya tak disebut. Saya langsung teringat pepatah 'kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda'. Tapi di kasus saya ini, kayaknya lebih tepat 'pemberitahuan kegagalan yang ditunda'.
Pesan Rio di ruangan audisi saya tanam dalam-dalam di kepala. Beberapa pekan setelah audisi, untuk kali pertama, saya akhirnya mencoba open mic. Dapat ketawa pentonton? Tentu aja nggak.
Dalam kamus Stand Up Comedy, open mic adalah ajang latihan bagi para komika. Namanya latihan, belum tentu langsung dapat lucunya. Setidaknya, 'fatwa' ini juga pernah disampaikan salah satu founder Stand Up Indo, Pandji Pragiwaksono, komika si paling New York. Buat awam, definisi open mic sering disalahartikan sehingga mereka berharap si komika harus sudah lucu di atas panggung.
Oh iya, Stand Up Indo lagi ulang tahun lho hari ini, Sabtu (13/7/2024). Usianya sudah 13 tahun. Buat tiap insan, umur segini masuk fase remaja dan baru tipis-tipis mengenal dunia yang sarat tragedi. Tapi bagi Stand Up Indo, diharapkan para anggotanya terus berkarya dan tetap mengubah tragedi jadi komedi agar dunia ini terasa lebih asyik aja dijalani.
Stand Up Indo adalah adalah komunitas yang dibentuk oleh Ernest Prakasa, Ryan Adriandhy, Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, dan Isman H. Suryaman pada 13 Juli 2011. Selanjutnya, kelima orang itu disebut sebagai founder.
Komunitas ini dibuat sebagai wadah bagi mereka yang memiliki ketertarikan dan semangat untuk mendalami dunia komedi tunggal atau stand up comedy. Dengan semangat kekeluargaan dan saling mendukung, komunitas ini menjadi tempat yang tepat untuk memulai perjalanan sebagai komika yang sukses atau pilihan karier serupa lainnya.
Pada perkembanganya, komunitas ini memiliki 'cabang' di tiap daerah di Indonesia. Jumlahnya saat ini diperkirakan sudah ratusan lebih.
Di tingkat pusat, yakni Stand Up Indo, dipimpin oleh Ketua Eksekutif atau nama bekennya Presiden Stand Up Indo. Jabatan tersebut kini dipegang oleh Adjis Doa Ibu, yang belum juga (mau) lengser sejak 2019.
Adjis Doa Ibu di hari spesial ini, dalam unggahan di Instagram miliknya memanjatkan doa yang terbaik untuk para komika di Indonesia.
"Hari ini 13 tahun @standupindonesia selalu seru, all the best seluruh komika," tulis Adjis.
Akhirnya dari saya yang mencintai kesenian ini, selamat ulang tahun ke-13 tahun Stand Up Indo!