Suara.com - Film Inside Out 2 yang dinantikan, akhirnya tayang di bioskop. Butuh waktu hampir satu dekade, untuk sekuel ini rilis dari yang pertama pada 2015.
Bagi yang belum pernah menyaksikannya, film Inside Out mengisahkan anak perempuan bernama Riley. Dalam otak gadis ini, hadir sekumpulan emosi seperti bahagia (Joy), marah (Anger), sedih (Sadness), takut (Fear) dan jijik (Disgust).
Para tokoh emosi tersebut, akan mengatur mood Riley, sesuai dengan kondisi yang dialami gadis ini.
Pada Inside Out 2, Riley akan menginjak usia pubertas. Di mana perasaan tersebut tidak hanya terdiri dari lima emosi.
Baca Juga: 4 Film Mad Max di HBO GO, Tentang Petualangan Mendebarkan di Dunia Distopia
Kehadiran emosi baru seperti kecemasan (Anxiety), iri (Envy), jenuh (Ennui) dan malu (Embarrassment), sukses mengacak-acak lima emosi sekawan sebelumnya.
Riley tidak hanya berkutat pada aktivitas sekolah dan di rumah. Pada sekuelnya, gadis 13 tahun ini akan bertemu teman baru di komunitas hoki.
Di sinilah emosi baru akan mengambil peran. Mereka tidak segan membawa Riley ke perasaan hingga tindakan tidak baik.
Meski agaknya perasaan yang baru muncul dianggap sebagai ancaman buat Joy, namun hal inilah yang membentuk jati diri seorang Riley.
Termasuk bagi saya yang menyaksikan film Inside Out 2. Bahwa terkadang, seseorang tidak selamanya merasakan kebahagiaan.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Film Chungking Express, Tentang Cara Pria Atasi Patah Hati
Ada momen seseorang bisa merasa cemas, takut hingga bosan. Kenangan pahit pun tidak bisa dibuang begitu saja, seperti yang dilakukan Joy dengan bola-bola memori Riley.
Sebab kumpulan perasaan, kenangan yang baik dan buruk itulah yang nantinya akan membentuk kedewasaan bagi seseorang.