Suara.com - Selain Andovi da Lopez, publik figur lain yang melontarkan kritik pedas terhadap putusan MA ihwal batas usia kepala daerah adalah Bintang Emon.
Kendati demikian, Bintang Emon tidak hanya menyoroti perubahan peraturan batas usia kepala daerah. Dia juga menyoroti revisi UU Polri, revisi UU TNI, hingga kebijakan iuran Tapera.
Lewat akun Instagram-nya, Bintang Emon menilai peraturan perundang-undangan merupakan batas bagi kekuasaan seorang pejabat.
"Menurut gue, buat orang-orang yang ber-power dan perpengaruh di atas, remnya mereka untuk enggak ugal-ugalan itu adalah aturan-aturan yang sudah ada," kata Bintang Emon.
Baca Juga: Istri Bintang Emon Positif Narkoba, Alca Octaviani Ngaku Dijebak Suami Sendiri
Suami Alca Octaviani itu mengungkap, para pemangku kekuasaan bisa bertindak kelewat batas jika peraturan perundang-undangan dapat diubah seenaknya.
"Nah kalau aturannya ini bisa diutak-atik dengan mudah, wah berarti sudah kagak ada remnya tuh. Enggak tahu ini kita mau ke mana," ujar Bintang Emon.
Cuplikan unggahan video sindiran Bintang Emon atas putusan MA ihwal batas usia kepala daerah ini viral di media sosial Instagram dengan atensi sebanyak 3,5 juta jumlah tayangan.
"Kemauan rakyat," tulis akun Instagram @bintangemon, ditilik pada Sabtu (1/6/2024).
Perihal itu, sejumlah warganet turut memberikan respons dan komentar yang beragam.
Baca Juga: Istri Bintang Emon Positif Narkoba Gegara Obat Flu, Suami: Kena Pergaulan Bebas Tangerang Kota...
"Gedeg banget pasti Bintang Emon, jadi sampai bikin konten kayak gini lagi," tulis seorang warganet.
"Enggak nyangka bakal kecewa secepat ini," ucap warganet lain. "Enggak bisa berkata-kata lagi ya, Tang," ujar warganet yang lainnya.
Untuk informasi tambahan, Andovi da Lopez juga sempat mengutarakan kritik pedas terhadap putusan MA ihwal batas usia kepala daerah.
"We can't just change the rules to suit something that is needed for current kepentingan. That's not make any sense, we can't just do that over and over again."
"(Kita enggak bisa mengubah peraturan untuk menyesuaikan kepentingan satu pihak. Itu tidak masuk akal, kita tidak boleh terus-menerus mengulanginya)," tutur Andovi da Lopez.