Jeremy Teti Jual Rumah Penuh Kenangan, Alasannya Bikin Sedih

Ferry Noviandi Suara.Com
Jum'at, 17 Mei 2024 | 06:15 WIB
Jeremy Teti Jual Rumah Penuh Kenangan, Alasannya Bikin Sedih
Jeremy Teti. [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jeremy Teti mengejutkan banyak orang, karena mengumumkan rumahnya akan dijual. Padahal, rumah tersebut sudah 26 tahun didiami Jeremy dan ia pun memiliki banyak kenangan di rumah dengan tiga lantai tersebut.

Kabar dijualnya rumah di kawasan BSD, Tangerang Selatan itu diketahui dari poster yang tertera di pagar rumah tersebut. Rupanya, Jeremy Teti sendiri yang menuliskan dan memasang poster tersebut.

"Saya tinggal di sini 17 Juni 1998 pasca kerusuhnan Mei 1998, 26 tahun. Sangat bersejarah, dan sudah lengket, bagian soulmate. Meski benda mati, tapi aku semua berawal dr sini," kata Jeremy Teti, mengutip dari tayangan Intens Investigasi yang diunggah baru-baru ini.

"Enggak gampang, karena ini saksi sejarah, saksi hidup bisa beli rumah cash zaman dulu. Irit sana-sini, makan nasi kotak tiap hari di kantor, ngirit," kata Jeremy Teti menyambung.

BACA JUGAl: Viral Bos Marah-Marah, Jeremy Teti Ketakutan Dikonfirmasi Rosiana Silalahi

Sebenarnya, Jeremy Teti tidak benar-benar ingin menjual rumah tersebut. Mantan penyiar berita di SCTV itu sebenarnya masih sangat sayang untuk melepas rumah penuh kenangan itu.

Namun ada cerita menyedihkan di balik alasan Jeremy Teti ingin menjual rumah tersbut. Saat itu, Jeremy tengah di rawat di rumah sakit karena penyakit batu ginjal. Lelaki 56 tahun itu sedih karena merasa hidup seorang diri.

"Jujur gue manusia bukan robot, merasa loneliness, kesepian, terutama saat sakit. Kalau sehat gue bisa mobile kemana-mana, syuting, kerja. Kalau sakit berasa bangte di rumah sakit kan sendiri," ujar Jeremy Teti.

BACA JUGA: Rosiana Silalahi Langsung Hubungi Jeremy Teti Usai Dituduh Pecat Sang Mantan Presenter

Beruntung selama ini Jeremy Teti memiliki asisten yang selalu menemani kemana pun pergi. Namun, asisten tetap saja asisten, bukan pasangan yang tidak bisa menemani selama 24 jam.

"Ini konsekuensi dari pilihan hidup, hidup sendiri, single fighter, semua harus sendiri. Kesepian, terutama kalau lagi di rawat di rumah sakit," imbuh Jeremy Teti.

Sedih karena kesepian suatu kondisi yang memang sudah disadari Jeremy Teti ketika ia memutuskan hidup seorang diri. Namun sebagai manusia normal, lelaki kelahiran Atambuat NTT ini kerap sedih dengan kondisi tersebut.

Jeremy Teti di kawasan Tendean, Jakarta, Kamis (24/8/2023) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Jeremy Teti di kawasan Tendean, Jakarta, Kamis (24/8/2023) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

"Apa yah, dibilang sedih sudah terbiasa, sedih juga. Sakit nahan sendiri. Ini sebuah konsekuensi dari pilihan hidup. Kadang begitu, kesepian ketika sakit. Kalau sakit itu memang kita berasa banget," ucap Jeremy Teti.

Jeremy Teti pun kemudian berpikir untuk tinggal di Magalang. Karena di kota tersebut ia masih memiliki adik serta kakak yang peduli dengannya.

"Pengin kumpul sama kakak adik di sana. Kalau ada keluarga kan kalau lagi sakit, mereka bisa handle aku. Apalagi adik aku yang bungsu care banget. Aku lihat sendiri bagaimaan dia urus ayah. Disuruh beli rumah dekat sana. Biar kalau ada apa-apa gampang," kata Jeremy Teti.

"Nah itu alasan gue pengen jual rumah. Kalau gue jual rumah ini, bisa gue beli tiga sampai empat rumah di sana. Aku sampai sekarang masih bingung lepas berapa dan kapan. Enggak semudah itu, karena ini sudah jadi soulmate aku. Ya ini mmg benda mati tapi dr rumah ini aku beranjak semuanya," tutur Jeremy Teti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI