Suara.com - Film Vina: Sebelum 7 Hari berhasil meraup tiga juta penonton di hari ke tujuh penayangannya sejak 8 Mei 2024. Sayangnya, kesuksesan film tersebut diiringi kontroversi karena dianggap mengeksploitasi kesedihan dan tragedi.
Anggy Umbara selaku sutradara tak sepakat dengan pandangan tersebut. Menurutnya, eksploitasi itu bertentangan dengan apa yang jadi tujuan mereka saat memproduksi film Vina: Sebelum 7 Hari.
"Pastinya banyak arti dari kata eksploitasi tersebut yang bertentangan dari apa yang kami lakukan ya. Kami tidak melakukan penghisapan, tidak ada pemerasan, tidak ada kesewenang-wenangan, dan pastinya ada keadilan dan kompensasi, kesejahteraan di sini," kata Anggy Umbara saat dihubungi wartawan, Selasa (14/5/2024).
Anggy Umbara menyebut kata eksploitasi terlalu berlebihan. Ia berharap masyarakat tidak salah menilai, menggunakan, atau melabelkan kata tersebut pada film Vina: Sebelum 7 Hari.
BACA JUGA: Picu Kritik, Pemeran Vina: Sebelum 7 Hari Masih 16 Tahun, Padahal Ada Adegan Dewasa
"Jadi kata eksploitasi tersebut agak berlebihan dan pastinya tidak valid ya untuk menerjemahkan apa yang kami lakukan," terangnya.
Anggy Umbara mengimbau agar warganet tak sembarang mengkritik. Sebab, penggunaan kata yang kurang tepat bisa merugikan banyak pihak yang terlibat.
"Jadi alangkah baiknya untuk tidak menempelkan, melabelkan atau menggunakan kata itu kalau tidak benar-benar tahu artinya. Karena nantinya hanya akan terjadi fitnah, penyebaran kebencian, pembunuhan karakter, hanya akan berakibat tidak baik untuk banyak pihak," ucap Anggy.
BACA JUGA: Panen Kritik, Film Vina: Sebelum 7 Hari Malah Tembus 2 Juta Penonton sampai Tambah Layar
Selain mendapat kritik dari warganet, rekan sesama sineas, Ian Salim juga Ernest Prakasa juga sempat meluapkan kekecewaannya pada penggarapan film Vina: Sebelum 7 Hari. Mereka menilai, film tersebut tidak etis dibuat karena mendramatisasi tragedi.
"Yang gue enggak ngerti itu kenapa sesama filmmaker (apalagi sama-sama bergabung di asosiasi yang sama, baik itu sutradara, penulis atau produser) pada diam semua, enggak ada satu pun yang negur, memboikot dll. Apa sudah pada mati nuraninya? Apa karena enggak ada konflik kepentingannya?" kata Ian Salim di akun Twitter-nya.
"Menurut gue film Vina ini berada di ambang batas moralitas yang cukup rumit. Buat banyak orang, ini eksploitasi tragedi. Tapi berdasarkan banyak komentar di trailer yang terpajang di media sosial, tidak sedikit yang merespons positif bahkan menantikan film ini. Integritas dalam seni itu relatif, karena bermain bukan dengan hukum melainkan etika, dan etika itu tidak ajeg. Apa yang saya percayai sebagai value yang baik, tentu akan tercermin melalui karya saya. Kata kunci di sini, adalah 'saya'. Subjektif," komentar Ernest Prakasa.
Vina: Sebelum 7 Hari menceritakan kasus pembunuhan dan pemerkosaan terhadap Vina di Cirebon oleh geng motor. Vina merupakan korban pembunuhan dan pemerkosaan oleh geng motor tersebut, dan kasus ini viral pada 2016.
Kematiannya sempat disebut sebagai akibat dari kecelakaan lalu lintas. Namun, keluarga curiga karena jenazah Vina hancur dan minta penyelidikan lebih lanjut.
Saat polisi sedang menyelidiki, sahabat Vina kerasukan dan menceritakan penganiayaan dan pemerkosaan yang dialaminya. Pelaku kemudian berhasil ditangkap dan diadili. Namun, masih ada tiga pelaku yang hingga kini masih buron.
Film Vina: Sebelum 7 Hari masih tayang di bioskop saat ini. Film ini dibintangi oleh Nayla Purnama, Lydia Kandou, Gisellma, Yusuf Mahardika, dan masih banyak lagi.