Suara.com - Kritikan mendadak dilayangkan kepada Cinta Laura baru-baru ini. Kritikan datang usai perbincangannya dengan YouTuber Indah G atau Indah Gunawan.
Saat itu, Cinta Laura mengungkapkan pandangannya soal mereka yang memutuskan untuk menghafal Al Quran. Namun pandangan tersebut dianggap tidak tepat oleh warganet.
"Buat kalian yang Muslim kalau lo mau belajar tentang Islam please lakuin ya tapi saran gue adalah kalau tidak ada terjemahan Bahasa Indonesia ya belajar Bahasa Arab," ujar Cinta Laura, dilansir pada Minggu (7/4/2024).
"Belajarlah bahasa Arab, kemudian hafalin Al Quran dalam bahasa Arab, setelah lo mengerti setelah lo udah pelajarin bahasanya karena dengan begitu lo juga bisa mengerti ayat suci dalam bentuk aslinya," saran Cinta Laura agar para Muslim tidak mudah dipelintir oleh perkataan dari pemuka agama.
Sejak perbinangan itu viral, beragam hal mengenai Citra Laura ramai diperbincangkan. Termasuk soal pendidikannya yang cukup mentereng.
Ditelusuri lebih lanjut, Cinta Laura diketahui menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di luar negeri. Hal ini berpengaruh besar pada logat dan aksennya yang unik.
Saat kembali ke Indonesia, Cinta bersekolah di Jakarta Intercultural School. Jakarta Intercultural School merupakan salah satu sekolah swasta terbaik di Jakarta.
Kemudian, Cinta melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Tak tanggung-tanggung, Cinta memilih berkuliah di Amerika Serikat.
Pilihan dari wanita keturunan Jerman ini adalah Universitas Columbia. Universitas ini dikenal sebagai salah satu anggota dari Ivy League.
Cinta berkuliah di sana pada tahun 2011. Kemudian pacar dari aktro Arya Vasco ini dinyatakan lulus pada tahun 2014.
Menariknya, Cinta Laura tidak lulus dengan satu gelar. Sedari awal, Cinta Laura mengambil perkuliahan di Jurusan Psikologi dan Jurusan Sastra Jerman.
Alhasil pada tahun 2014, Cinta Laura meraih dua gelar sarjana di luar negeri sekaligus. Bahkan untuk keduanya, Cinta berhasil meraih gelar kehormatan cumlaude.
Gelar kehormatan itu dikabarkan tidak diberikan secara cuma-cuma. Gelaar itu hanya diberikan ke sekitar 20 persen dari lebih dari 1.000 mahasiswa Columbia yang lulus pada tahun yang sama.