Suara.com - Grup band Ungu resmi merilis dua karya religi baru dengan konsep yang belum pernah ada sebelumnya. Menghadirkan single Baik dan Burukmu serta Tuhan yang Tahu, kedua lagu tersebut dikemas dengan warna berbeda tapi punya lirik yang sama.
"Jadi dari satu lirik lagu, kami bikin dua lagu yang berbeda," ungkap gitaris Ungu, Enda dalam sebuah wawancara di kantor Trinity Optima Productions di kawasan Melawai, Jakarta, Kamis (7/3/2024).
Diakui para personel Ungu, seluruh pelaku industri kreatif masa kini dituntut untuk aktif berinovasi agar tidak kalah saing. Hal itu juga yang kemudian mendorong Pasha dan kolega menawarkan inovasi baru guna melahirkan lagi single hits seperti karya-karya terdahulu.
"Jadi selain diterima masyarakat, ya mudah-mudahan lagu baru kami ini feedback-nya juga bagus dari sisi bisnis," kata Pasha.
Baca Juga: Nozzle Warna Ungu di SPBU Pertamina, Varian BBM Baru Pengganti Pertalite?
Sudah sangat lama Ungu tidak melahirkan karya yang meledak di pasaran. Contohnya di single religi saja, belum ada karya baru Ungu yang bisa mengalahkan Dengan Nafasmu.
"Suka nggak suka, kami akui setelah Dengan Nafasmu itu, belum ada lagi lagu religi Ungu yang pencapaiannya seperti itu lagi," ujar Pasha.
Fenomena serupa pun terjadi dalam karya-karya Ungu di luar lagu religi. Belum ada lagu baru dari Ungu yang mengalahkan pencapaian karya-karya lama mereka.
Saking lamanya, Pasha dan kawan-kawan sampai bosan membawakan lagu yang sama terus di setiap konser.
"Gini aja, bayangin aja, Andai Ku Tahu itu kami bawain 18 tahun. Berarti kalau dulu yang nonton masih SMA, sekarang mungkin udah pada punya anak, tapi masih pada nyanyiin lagu itu. Demi Waktu juga, kami bawain 18 tahun. Hampa Hatiku, Cinta Dalam Hati juga," kata Pasha.
Hanya saja, memaksa penggemar Ungu untuk menerima karya-karya baru idola mereka juga bukan kebijakan yang bagus untuk diterapkan. Pernah dalam satu momen, konser Ungu terasa kurang gairah gara-gara mereka membawakan lagu yang tidak biasa diperdengarkan ke publik.
"Bawain lagu baru itu beresiko. Kami pernah coba loh, bawain lagu baru dan yang anti mainstream, konsernya jadi nggak hidup. Penonton pun jadi sekedarnya juga," terang Pasha.
Mau tidak mau, para personel Ungu harus menerima kenyataan bahwa karya-karya lama masih lebih dicintai. Sumber pendapatan mereka pun sebagian besar berasal dari royalti karya-karya lama.
"Memang secara nilai bisnis, ya lagu-lagu itu lah yang kemudian hari masih menghidupkan kami-kami ini," ucap Pasha.
"Akhirnya ya udah, kami bodo amat aja. Pokoknya kami tetap buat karya aja setiap tahun. Takutnya nanti malah jadi nggak bersyukur kalau kelewat dipikirin," pungkas sang vokalis.