Suara.com - Penyelanggaraan Pemilu 2024 ini dimeriahkan oleh beberapa artis. Dua di antaranya adalah Dede Sunandar dan Komeng.
Kedua pelawak terkenal ini ternyata memiliki nasib yang berbeda. Pasalnya, jumlah suara yang mereka terima sebagai hasil bak langit dan bumi.
Dimulai dari Dede Sunadar yang mendapatkan hanya sekitar 10 suara. Padahal ia melakukan pengorbanan selama melakukan kampanye.
Untuk kampanye, Dede Sunandar mengaku harus menjual dua mobil miliknya. Namun mobil yang lain tetap dipertahankan untuk kebutuhan sehari-hari.
Berbeda dengan Komeng yang disebut tidak melakukan proses kampanye. Namun kini, hasilnya dilaporkan lebih dari satu juta suara.
Tidak hanya soal perolehan suara usai Pemilu 2024, perbedaan keduanya juga terlihat dari alasan di balik pencalonan diri mereka.
Saat berbincang dengan Raffi Ahmad beberapa waktu lalu, Dede Sunandar pernah mengungkap salah satu alasannya untuk nyaleg. Mengejutkannya, alasan itu berkaitan dengan Presiden Jokowi.
Semua dimulai dari opini bahwa dirinya mirip dengan Jokowi. Sejak saat itu, ia secara tidak langsung mengidolakan sosok presiden Indonesia tersebut.
Namun persoalan yang menjadi motivasinya nyaleg bukan tentang penampilan saja. Melainkan dari perjuangan Jokowi yang juga berawal dari rakyat.
Baca Juga: Cuma Dapat 10 Suara di Pemilu 2024, Dede Sunandar: Pak Kasihan Pak
"Dia melihat sosok Pak Jokowi yang dari rakyat biasa, bisa menjadi seorang presiden," kata Raffi yang dibenarkan oleh Dede Sunandar, dilansir pada Rabu (21/2/2024).
Sementara itu, alasan di balik pencalonan Komeng jauh berbeda dari Dede Sunandar. Komedian 53 tahun ni tidak mendasarkan pencalonannya pada sosok tertentu.
Komeng justru memulainya dari apa yang dilihat dan diresahkannya. Pelawak senior ini mengaku resah dengan adanya gedung kesenian yang terbengkalai.
"Saya ingin menghidupkan seni. Jadi setiap kabupaten/kota itu punya gedung kesenian. Tapi tidak ada isinya (acaranya)," ujarnya.
Komeng ingin menghidupkan acara-acara seni yang ada di daerah. Bahkan ia memiliki mimpi agar Indonesia bisa seperti Korea Selatan soal budaya.
"Maksudnya, itu kan (gedung) untuk masyarakat. Masyarakat kan perlu hiburan, yang gratislah, dikasih ke (masyarakat). Saya ingin ngidupin ini dong (kesenian daerah)," tutur Komeng.