Suara.com - Butet Kartaredjasa jadi salah satu seniman yang berdiri di belakang Presiden Joko Widodo saat terpilih di Pemilu 2014.
Ia mengaku melihat potensi besar Jokowi untuk bisa dijadikan tolok ukur presiden yang baik dalam memimpin negara.
"Saya merasa ikut berpartisipasi menyokong Pak Jokowi dari 2014. Ini seperti amanah reformasi 98, yang ingin punya presiden yang bisa jadi contoh yang baik, presiden yang bekerja melayani rakyatnya," ungkap Butet Kartaredjasa di kanal YouTube Najwa Shihab baru-baru ini.
Benar saja, Joko Widodo bisa menjalankan tugas dengan baik sejak 2014 hingga 2019. Harapan Butet Kartaredjasa pun membumbung tinggi.
Baca Juga: 8 Artis Umrah Awal Oktober 2023, Definisi Pulang yang Sesungguhnya
"Harapan itu terpenuhi. Pak Jokowi bekerja dengan baik, melayani rakyat, putra-putranya cuma jualan martabak sama pisang, nggak ada ambisi politik," terang Butet Kartaredjasa.
Dukungan untuk Joko Widodo melanjutkan tugas hingga 2024 pun Butet Kartaredjasa berikan. Lagi-lagi, Butet merasa puas dengan kinerja Jokowi.
"Saya sudah mau bersyukur. Berarti kalau ke depan, presidennya tidak seperti Pak Jokowi, itu presiden mbelgedes," kata Butet Kartaredjasa.
Sayang, harapan Butet Kartaredjasa menjadikan Joko Widodo contoh presiden yang baik pupus. Ia kaget saat tahu Jokowi diduga memaksakan Gibran Rakabuming Raka untuk jadi calon wakil presiden Prabowo Subianto.
"Ini cuma tinggal beberapa bulan menyelesaikan tugasnya, tapi kok permainannya kayak gini?," tutur Butet Kartaredjasa.
Baca Juga: Nongkrong Bareng Rekan Artis Tanpa Suami, Irish Bella Diduga Sudah Cerai dengan Ammar Zoni
Dugaan adanya campur tangan Joko Widodo dalam gugatan batas usia capres cawapres di Mahkamah Konstitusi demi meloloskan Gibran Rakabuming Raka kian membuat Butet Kartaredjasa marah.
"Ini suara Mahkamah Konstitusi, yang dilahirkan dari perjuangan reformasi 98, yang melahirkan sejumlah nyawa. Kok cuma untuk main-main urusan domestik keluarga?," tanya Butet Kartaredjasa.
"Perkara domestik, kok yang dipertaruhkan bangsa dan negara?," sambung lelaki asal Yogyakarta itu.
Saking kecewanya, Butet Kartaredjasa sampai menangisi keputusan mendukung Joko Widodo di 2014. Andai tahu pada akhirnya Jokowi akan membangun dinasti politik, Butet tidak mendukungnya sejak awal.
"Saya sedih, saya syok, saya nangis. Saya itu biasanya cuek sama politik, sering golput. Saya terpaksa memberikan suara setelah mendapat nasehat untuk jangan sampai yang jahat berkuasa," pungkas Butet Kartaredjasa.