Suara.com - Akun media sosial resmi Israel lagi-lagi berbuat ulah. Kali ini, akun Twitter atau X @Israel menandai akun diva muda Taylor Swift dan mengaitkannya dengan salah satu tentara perang Israel.
"Pengawal Taylor Swift di #ErasTour kembali ke rumah untuk berjuang demi negaranya. Hai @taylorswift13 , kami berjanji Anda tidak akan pernah menemukan orang lain seperti dia. Kami mencintaimu Eran," tulis @Israel ditutup dengan emoticon bendera bintang David dan emoticon hati warna merah.
Mereka juga mengunggah dua foto berbeda, di mana sosok yang disebut pengawal Taylor Swift bernama Eran itu semringah mengenakan baju tentara zionist dan satu foto lain saat Eran bertugas mengawal sang mega bintang.
Unggahan itu lantas mendapat 'community notes' resmi dari X di mana disebutkan bahwa sosok pengawal di dalam foto merupakan orang yang dipekerjakan pihak stadion bukan Taylor Swift.
Baca Juga: Pink Bantah Kibarkan Bendera Israel saat Konser
Sementara Eran sendiri merupakan nama jurnalis yang melaporkan kepulangan pegawai tersebut dan bukan nama sang pengawal.
Tak sedikit warganet yang kemudian terkekeh melihat betapa kerasnya usaha tim media sosial Israel untuk menarik perhatian netizen dan mengaitkan banyak nama besar dunia yang seolah berada di pihak mereka.
"Tinggalkan Taylor Swift dari ini semua," tulis salah satu fans, dibuat Suara.com Sabtu (21/10/2023).
"Ini adalah informasi yang salah (benar-benar bohong) dia tidak bekerja untuk Taylor, dia bekerja untuk Stadion," tulis salah satu akun fanbase Taylor Swift.
"Kalian menyedihkan menggunakannya untuk propaganda. Juga, berapa pun publikasi yang kalian keluarkan tidak akan mengubah cara sejarah memandang kalian setelah semua hal yang terjadi," tulis akun lainnya.
Baca Juga: Dukung Palestina, Gigi Hadid Dapat Kecaman dari Israel
Sebelumnya, akun X atau Twitter yang sama sempat membuat misinformasi lain dengan menyebut musisi Pink mengibarkan bendera Israel saat konser.
Sementara akun yang sama di Instagram, menyerang Gigi Hadid karena dituduh menutup mata pada kasus pemenggalan 40 bayi Israel, di mana berita itu ternyata simpang siur dan tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya.