Suara.com - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri hingga kini masih meragukan Jessica Kumala Wongso adalah pelaku yang meracuni mendiang Wayan Mirna Salihin dalam kasus kopi sianida pada 2016 silam.
Ada banyak argumen yang membuat Reza Indragiri ragu Jessica adalah pembunuh Mirna. Namun yang paling utama adalah teori penggunaan racun sebagai instrumen pembunuhan yang tidak cocok dengan logikanya.
Hal ini disampaikan Reza Indragiri saat berbincang dengan Rhoma Irama dalam podcast sang Raja Dangdut yang dirilis pada Jumat (13/10/2023).
Menurut Reza, racun adalah instrumen kejahatan yang paling memungkinkan si pelaku untuk membangun alibi.
Baca Juga: 4 Fakta Kabar Jessica Wongso Bakal Mengajukan PK, Kuasa Hukum Punya Bukti Baru
Dengan menggunakan racun, pelaku bisa berada di tempat yang jauh dari korban. Namun, Jessica jelas berada di TKP dan menjadi saksi detik-detik peristiwa yang merenggut nyawa Mirna.
"Ada orang, Jessica namanya, yang disebut-sebut melakukan pembunuhan dengan racun sianida. Jadi, dia masukkan racun itu. Namun alih-alih ia pergi, apa yang dia lakukan? Dia tongkrongi itu. Katanya dia garuk-garuk lah segala macam," kata Reza Indragiri.
"Itu yang sulit diterima oleh akal saya. Dia menggunakan racun, tapi dia tongkrongi situasi maut yang dialami oleh teman baiknya. Nggak klop dengan logika penggunaan racun," lanjutnya.
Logika Reza Indragiri rupanya berbeda dari Rhoma Irama. Salah satu musisi legendaris tanah air ini mengatakan bahwa dalam membuat putusan, hakim memiliki keyakinan yang mengacu pada bukti-bukti, baik langsung maupun tak langsung.
"Hakim, di samping mengacu pada pasal-pasal, mengacu pada barang bukti, hakim punya naluri, keyakinan. Keyakinan dan naluri ini yang dominan digunakan ketika memutuskan perkara," ujar Rhoma Irama.
Baca Juga: Kasus Kopi Sianida Janggal, Kamaruddin Simanjuntak Siap Turun Tangan Bantu Jessica Wongso
"Kalau saya hakim, yang saya lihat, pertama ada beberapa kejanggalan. Sebelumnya begini, hakim bisa memutuskan sesuatu, tolong dikoreksi, tanpa barang bukti kongkret, tapi ada indikasi (bukti tidak langsung)," tuturnya lebih lanjut.
Rhoma Irama lantas menyebutkan beberapa kejanggalan yang membuatnya yakin bahwa Jessica Wongso adalah pelaku. Kejanggalan ini berdasarkan apa yang dilihatnya dari pemberitaan di televisi dan media.
Pertama, aksi Jessica Wongso memesankan kopi untuk Mirna. Menurut musisi yang akrab siapa Pak Haji itu, orang-orang akan memesan minuman begitu tiba di tempat, sehingga hal yang dilakukan Jessica tak lazim.
Kejanggalan kedua adalah gerak-gerik Jessica Wongso yang terekam CCTV kafe Olivier. Jessica terlihat memeriksa posisi CCTV begitu tiba, menata paper bag sedemikian rupa di meja, hingga reaksinya saat Mirna kolaps.
"Begitu terjadi Mirna kelonjotan, Jessica sama sekali tidak panik. Yang panik itu orang-orang di sekitarnya, yang nolong segala macam. Sementara Jessica berdiri di belakang orang-orang yang nolong, nggak ada reaksi apapun. Itu kejanggalan banget buat saya," ungkapnya.
Kejanggalan ketiga, tidak ada upaya Jessica Wongso untuk meyakinkan keluarga Mirna bahwa dia bukan pelaku. Menurut Rhoma Irama, orang yang tidak bersalah akan histeris jika dituntut membunuh sahabatnya sendiri.
"Seandainya dia tidak membunuh, dia akan teriak-teriak sama bapaknya, berusaha meyakinkan. Ini risikonya penjara, lho. Dia mati-matian akan meyakinkan bapaknya (Mirna) untuk tidak melakukan penuntutan, dan itu tidak dilakukan oleh Jessica," kata Rhoma.
Kejanggalan berikutnya adalah reaksi Jessica Wongso ketika divonis bersalah oleh majelis hakim. Alih-alih menangis, Jessica justru tersenyum.
"Baru kata Otto (pengacara Jessica), di belakang dia nangis, tapi waktu di situ dia ketawa, tersenyum. Ini yang membuat saya (yakin dia bersalah)," ucap Rhoma Irama.
"Nah, hakim tidak punya bukti autentik, tapi hakim melihat bukti petunjuk. Saya rasa, hakim memutuskan itu dengan bukti petunjuk tadi, keyakinan. Kalau versi saya sih seperti itu," pungkasnya.
Kontributor : Chusnul Chotimah