Suara.com - Konferensi pers Qris Jazz Gunung berlangsung Kamis (12/10/2023), di Hetero Space Banyumas, Jawa Timur. Jazz Gunung Indonesia, pengelola Qris Jazz Gunung Slamet menghadirkan Sigit Pramono (penggagas Jazz Gunung), Rony Hartawan (Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto) Andy F Noya (penasihat Jazz Gunung Slamet), Bagas Indyatmono (CEO Jazz Gunung) dan Rianto (Maestro Lengger Banyumas).
Kelima tokoh tersebut berdialog menjelaskan perhelatan Qris Jazz Gunung Slamet, yang secara perdana akan diselenggarakan di Wana Wisata Baturraden, Banyumas, Sabtu (14/10/2023).
Sigit Pramono, salah satu penggagas Jazz Gunung menyatakan bahwa gelaran Jazz Gunung merupakan pelopor penyelenggaraan festival musik jazz pertama di alam terbuka dan telah berlangsung selama 15 tahun di Bromo. Berbeda dengan gelaran jazz pada umumnya, Jazz Gunung memiliki keunikan, antara lain diselenggarakan di alam terbuka, mengusung jazz bernuansa etnik, dan membantu mengembangkan destinasi wisata serta mengangkat kegiatan ekonomi kreatif setempat.
“Jazz Gunung Slamet adalah rangkaian jazz gunung series setelah jazz gunung bromo dan jazz gunung ijen. Kami berharap, dapat meningkatkan ekonomi kreatif Gunung Slamet yaitu Baturraden," katanya.
Baca Juga: Atiek CB Sukses Pecahkan Dinginnya Jazz Gunung Bromo
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, sebagai sponsor utama QRIS Jazz Gunung Slamet melalui Rony Hartawan menyatakan kenginannya agar Banyumas dan Baturraden naik kelas melalui perhelatan ini. Menurutnya, pemberdayaan ekonomi pariwisata memiliki efek snowball (bola salju) yang akan berdampak terhadap akomodasi, kuliner, transportasi, ekonomi kreatif dan sebagainya.
“Kami mencoba membangun mimpi dengan sinergi untuk memberdayakan ekonomi sehingga hasilnya bisa menjadi legacy dan mengejar efek snowball melalui kegiatan Baturraden Creative Festival atau BCF yang di dalamnya ada Qris Jazz Gunung Slamet”.
Sementara itu, Andy F Noya, penasihat Qris Jazz Gunung Slamet menceritakan bahwa perhelatan ini merupakan hasil dari obrolan sederhana dengan Rony Hartawan yang terinspirasi pasca menghadiri gelaran Dieng Culture Festival (DFC). Andy menuturkan bahwa ia melihat berbagai potensi pariwisata, kesenian, budaya, UMKM di Kabupaten Banyumas yang selama ini belum bangkit dan terkespos.
Ia menyajak masyarakat untuk melihat dari perspektif yang lebih luas bahwa Qris Jazz Gunung Slamet merupakan salah satu cara untuk meningkatkan potensi Banyumas sebagai kota wisata dan berharap, media berperan untuk menyampaikan pesan dan membentuk persepsi masyarakat dalam pengembangan Banyumas menjadi tujuan wisata.
“Saya mengajak untuk melihat Jazz Gunung Slamet dari perspektif yang lebih luas, karena ini merupakan rangkaian dari bagaimana menjadikan Banyumas menjadi daerah wisata yang tidak kalah dengan Yogyakarta, Labuan Bajo, Solo," katanya.
Baca Juga: Tampil di Jazz Gunung Bromo 2023, Deredia Ajak Penonton Makan Bala-Bala
Secara spesial, kesenian lengger Banyumas akan dikolaborasikan dengan alunan Jazz. Rianto sang maestro lengger mengatakan, ia akan berkolaborasi dengan Jagarta, yang merupakan band asal Purwokerto melalui 3 lagu, yaitu Kau, Ratna dan Galih serta Badai Telah Berlalu.
“Penggabungan lengger dengan jazz, ditengah-tengahnya ada fashion show dari Oemah Karnaval, akan menjadi pertunjukan yang unik. Untuk kostumnya kita lihat saja nanti," ungkapnya dengan tersenyum.
Mentargetkan 1000 penonton pada Qris Jazz Gunung Slamet, Bagas Indyatmono CEO Jazz Gunung Indonesia optimistis akan menyajikan hiburan berkelas yang tak terlupakan serta dapat dinikmati berbagai usia.
“Penataan lokasi sudah dilakukan sejak Selasa lalu. Bagi reguler akan disediakan bantal sebagai alas duduk lesehan, sementara VIP akan disediakan kursi camping dan mendapatkan dinner," katanya.