Suara.com - Ibu Edwin Super Bejo, Hasanah divonis kanker serviks tiga bulan sebelum meninggal dunia. Namun ia tidak menjalani kemoterapi layaknya pasien kanker.
"Dirawat di rumah aja," ungkap Edwin Super Bejo di rumah duka kawasan Tebet, Jakarta, Selasa (5/9/2023).
![Edwin Super Bedjo dijumpai di kawasan SCBD, Jakarta Selatan pada Selasa (22/8/2023) [Suara.com/Rena Pangesti]](https://media.suara.com/pictures/original/2023/08/24/60694-edwin-super-bedjo.jpg)
Bukan karena tidak diurus keluarga, ibu Edwin Super Bejo sendiri yang menolak kemoterapi meski dokter sudah merekomendasikan.
"Dari ibunya yang emang nggak mau," kata Edwin.
Faktor usia jadi penyebab ibu Edwin Super Bejo menolak kemoterapi. Ia takut tak kuat usai mendengar cerita tentang sakitnya kemoterapi.
"Mama saya ini kan sudah 72 tahun, takut nggak kuat," terang Edwin Super Bejo.
"Ya kemoterapi itu kan sakitnya seperti apa ya. Mungkin dia nanya ke orang-orang, terus dapat informasi bahwa itu sakit, bakal botak, gosong," sambungnya.
Meski begitu, ibu Edwin Super Bejo setiap hari tetap berikhtiar untuk sembuh dari kanker serviks lewat konsumsi berbagai obat. Hal itu diklaim Edwin sempat menunjukkan tanda positif.
"Minum obat aja setiap hari. Berbagai obat kami sediakan," kata Edwin Super Bejo.
Baca Juga: Innalillahi, Ibu Edwin Super Bejo Meninggal Dunia
"Sebelum ke rumah sakit itu masih bisa jalan. Bahkan kadang kalau saya kemari, ibu masih suka masakin saya," lanjut lelaki 54 tahun.