Suara.com - Masalah Posan Tobing dan tiga personel Kotak terkait izin lagu kembali jadi sorotan. Terbaru, Posan Tobing melayangkan somasi tentang larangan bagi Tantri dan kolega untuk menyanyikan karya-karya yang diklaim sebagai ciptaannya.
Posan Tobing pertama kali mempermasalahkan tidak adanya izin dari para personel aktif Kotak sebelum membawakan karya-karyanya pada September 2022.
Lewat Instagram, Posan Tobing menyebut para personel Kotak tidak pernah meminta izin untuk menyanyikan karya ciptaannya sejak ia keluar di 2011.
Posan Tobing juga tidak menerima bagian royalti lagi dari lagu-lagu Kotak ciptaannya terhitung sejak meninggalkan band. Mengacu ke undang-undang, Posan Tobing merasa hak sebagai pencipta lagu melekat seumur hidup.
Baca Juga: Posan Tobing Minta Maaf Soal Wajah Tantri Kotak Mirip Pembantu: Bukan Saya yang Ngomong
Para personel Kotak sempat menjawab keluh kesah Posan Tobing. Mereka mengaku sudah menyelesaikan tanggung jawab pembayaran royalti lagu ke penciptanya lewat WAMI.
Hanya saja, Posan Tobing tak puas dengan jawaban para personel Kotak. Ia kembali mengangkat isu tersebut ke publik lewat somasi yang memuat pencabutan izin bagi Kotak menyanyikan lagu-lagu ciptaannya.
Lantas seperti apa kelanjutan konflik Posan Tobing dan para personel Kotak setelah dirinya melayangkan somasi? Benarkah akan ada upaya hukum lanjutan andai somasi tidak diindahkan?
Berikut hasil wawancara dengan Posan Tobing:
Bagaimana kelanjutan kasus dengan personel Kotak?
Baca Juga: Diejek sampai Sebut Wajah Mirip Pembantu, Tantri Kotak Balas Posan Tobing: Pekerjaan Mereka Mulia
Saya tetap fokus ke somasi saya terhadap Tantri, Chua dan Cella.
Sudah ada perkembangan?
Ya somasi saya tetap tidak diindahkan. Mereka tetap membawakan karya-karya saya setiap manggung. Termasuk kemarin di PRJ, di Toraja. Pas di Toraja malah parah, sampai ganti lirik jadi bahasa daerah.
Sempat disindir juga oleh Tantri di media sosial, bagaimana kamu melihatnya?
Saya nggak merasa tersindir sih, karena saya tidak merasa seperti itu.
Sudah berusaha menghubungi secara personal untuk menyelesaikan masalah izin lagu ini?
Nggak ada sama sekali.
Kenapa tidak ada upaya dari kamu juga untuk membangun komunikasi dengan tiga personel Kotak?
Kalau cuma somasi diam-diam, atau saya berbicara dengan siapa saja yang pegang mereka, saya rasa urusan pasti selesai. Deal dan oke, mereka bayar. Cuma bukan itu yang saya mau.
Terus tujuannya apa membawa konflik internal band ke publik seperti ini?
Saya lontarkan ini ke umum karena saya nggak mau ada lagi yang mengalami seperti saya. Saya nggak mau lagi ada pencipta lagu yang hak moralnya tidak diselesaikan, apalagi hak ekonominya
Jadi motifnya lebih ke memperjuangkan hak pencipta lagu seperti apa yang kamu lakukan bersama kelompok komposer AKS1?
Iya. Saya beserta AKS1 ada untuk melindungi para pencipta lagu di Indonesia.
Benar-benar tidak ada kaitannya dengan masalah keuangan pribadi kamu ya?
Nggak, jangan bilang saya BU. Puji Tuhan anak-anak saya masih bisa sekolah, istri saya masih berkecukupan. Buat saya, apa yang saya dapatkan cukup. Yang utama itu hak moral dan harus diselesaikan supaya tidak berkepanjangan.
Berarti setelah ini akan ada langkah apa dari kamu terhadap tiga personel Kotak?
Jujur saja, untuk hal ini saya harus tegas karena sudah tidak mengindahkan somasi. Itu nggak bagus.
Akan ada laporan polisi atau gugatan ke pengadilan?
Nanti bicara sama lawyer saya saja untuk urusan itu. Soalnya itu sudah bukan wilayah saya lagi.
Kalau seandainya nanti di tengah proses hukum ketiga personel Kotak mau mengambil jalan tengah untuk berdamai bagaimana?
Gini, secara manusia, saya memaafkan mereka. Tapi karena kita tinggal di negara hukum, proses hukum harus berjalan. Jadi nggak usah ngomong damai. Saya kan sudah maafin. Tapi proses hukum harus tetap dijalankan. Negara kan melindungi kita kalau hak kita dirampas, hak kita dipermainkan.
Ada pesan apa buat ketiga personel Kotak?
Cepet diselesaiin aja deh, ini berkepanjangan. Jangan cuma diem.