Suara.com - Gen Halilintar dikenal jarang berada di Indonesia karena pindah dari negara satu ke negara lain. Sekolah anak-anak Lenggogeni Faruk dan Halilintar Anofial Asmid lantas dipertanyakan.
Pasalnya dari 11 anak-anak Gen Halilintar, beberapa di antaranya masih berada di usia-usia sekolah. Sebut saja Fateh (2006), Muntazar (2008), Saleha (2010), dan Qahtan (2012).
Menanggapi pertanyaan tersebut, Lenggogeni Faruk atau yang akrab disapa Geni Faruk mengawalinya dengan menjelaskan perihal traveling sebagai bagian hidup dari Gen Halilintar.
Air diibaratkan sebagai Gen Halilintar yang dibiarkan terus mengalir ketimbang berdiam diri di satu tempat.
Baca Juga: Thariq Halilintar Bahas Move On di Samping Lenggogeni
"Dari dulu kan kita udah suka traveling. Traveling itu kayak air mengalir, menyegarkan, membersihkan, menyucikan. Kalo air udah lama tergenang, dia akan menjadi sumber penyakit. Makanya kita lemburannya sambil liburan," ujar Geni Faruk.
Dalam konten yang dibagikan Thariq Halilintar melalui YouTube pada Minggu (2/7/2023), Geni Faruk lantas menjelaskan bagaimana anak-anaknya sekolah.
Termasuk Thariq dan Atta Halilintar, anak-anak Geni Faruk ternyata selalu membawa guru-guru mereka saat keliling dunia.
"Sekolah anak-anak Umi, gurunya ikut bareng. Jadi tim itu merangkap. Jadi mereka itu asalnya adalah guru-guru," ungkap Geni Faruk.
Sedangkan untuk ujian, Gen Halilintar terbiasa mengikuti Paket A, B, maupun C sesuai tingkatan.
Baca Juga: Jarang Ada di Indonesia, Keluarga Gen Halilintar Bantah Terlilit Utang dan Terlibat Kasus Penipuan
"Jadi kerja sama sama Diknas, pas ikut ujian Diknas, ikut," tambah Geni Faruk.
Apalagi di era sekarang, sekolah bisa dilakukan secara online dari jarak jauh. Kendati begitu, anggota Gen Halilintar tetap punya guru-guru yang juga bekerja sebagai tim mereka.
"Belajarnya mereka itu sesuai dengan Kurikulum yang ada. Mereka mobile. Selain mereka rajin belajar online, mereka juga bawa guru-guru privat yang juga dilatih sebagai tim. Jadi mereka jadi tim-tim yang multitalenta," tutup Geni Faruk.
Kontributor : Neressa Prahastiwi