Cek Fakta
Suara.com - Mikha Tambayong dan Deva Mahenra dipertemukan dalam serial web, Teluh Darah. Pasangan suami istri di kehidupan nyata ini melakoni beberapa adegan intim yang menariknya justru mendapat kritik dari pemirsa.
Teluh Darah menceritakan Esa (Deva Mahenra) dan Wulan (Mikha Tambayong) yang bekerja sama untuk mencari tahu tentang teror yang mengancam mereka. Dalam prosesnya, mereka menjalin hubungan yang melibatkan kontak seksual.
Tayang di platform streaming Disney+ Hotstar, Teluh Darah sudah tayang hingga 9 episode. Terlepas dari kisahnya yang seru, sejumlah pemirsa yang komplain dengan adegan intim yang dianggap random.
Teluh Darah memang memiliki rating dewasa dengan peringatan adanya adegan seksual. Oleh karena itu, adegan intim yang dilakoni Mikha Tambayong dan Deva Mahenra cukup vulgar.
Baca Juga: Pamer Momen Lebaran Bareng Deva Mahenra, Mikha Tambayong Didoakan Diberi Hidayah
Tidak sedikit yang menilai adegan intim dalam Teluh Darah terkesan mengganggu. Beberapa mengkritik Mikha Tambayong dan Deva Mahenra terlalu kaku saat melakoni adegan intim, padahal mereka suami istri di kehidupan nyata.
"Sebenarnya sih kalau pun ada nggak apa-apa asal pemainnya lebih luwes gitu lho. Ini kaku banget. Pas nonton gue awkward sendiri," komentar akun @delasyahmareads.
"Lumayan mengganggu sih adegan itu, tapi mungkin nanti bakal ada hubungannya ke cerita," tambah akun @sekadarberujar.
"Adegan intimnya juga keliatan kaku padahal sama pasangan sendiri di kehidupan nyata," ujar akun @KikiRamadhanii.
"Lumayan ganggu dan membosankan. Udah nonton series barat dan film lain juga banyak adegan 21+ ditambah ini jadi jenuh. Skip skip sih kalau ada adegan 21+ nggak termasuk inti cerita cuma bumbu pelengkap tapi nggak penting," sahut akun @isboygood.
Baca Juga: Mikha Tambayong Didoakan Dapat Hidayah, Terikat Dalam Satu Aqidah
Sementara itu, syuting Teluh Darah telah rampung sebelum Mikha Tambayong dan Deva Mahenra menikah. Serial ini ditayangkan perdana pada ajang Festival Film Internasional Busan ke-27 pada Oktober 2022 lalu.
Kontributor : Chusnul Chotimah
