Interview: Tsania Marwa Angkat Kisah Kegagalan Rumah Tangga Jadi Tesis S2

Minggu, 08 Januari 2023 | 19:10 WIB
Interview: Tsania Marwa Angkat Kisah Kegagalan Rumah Tangga Jadi Tesis S2
Tsania Marwa [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tsania Marwa ternyata punya kesibukan baru. Di tengah kesibukan sebagai pemain sinetron, ia melanjutkan perkuliahan ke jenjang S2.

Untuk titel S2, Tsania Marwa melanjutkan pendidikan psikologi yang pernah ia pelajari di strata S1. Mantan istri Atalarik Syah jatuh cinta ke bidang studi tersebut.

Tsania Marwa bahkan berencana membuka praktik sendiri sebagai psikolog setelah menyelesaikan pendidikan S2. Ia ingin membantu orang-orang mencari jalan keluar atas masalah mereka. 

Pengalaman pahit dari kegagalan berumahtangga dengan Atalarik Syah juga membawa Tsania Marwa ke pendidikan lanjutan dari ilmu psikologi.

Baca Juga: Interview: Zara Leola Soal Karier Hingga Privilege Jadi Anak Enda Ungu

Tsania Marwa [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Tsania Marwa [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Tsania Marwa bahkan menjadikan kisah hidupnya sendiri untuk materi penelitian dalam tesis yang jadi syarat lulus S2.

Lantas seperti apa lika-liku Tsania Marwa menyusun bahan tesis dari cerita hidupnya sendiri untuk merengkuh titel S2? 

Berikut hasil perbincangan dengan Tsania Marwa:

Sedang ada kesibukan apa saat ini?

Aku masih sibuk sinetron saja sih, sama lanjut S2.

Baca Juga: Interview: Ojan Sisitipsi, Musisi yang Lahir dengan Kondisi Autis dan Aktif Konsumsi Psikotropika

Sudah sejauh apa pendidikan S2 kamu?

Alhamdulillah kemarin sudah selesai tesisnya. Sekarang tinggal jalanin prakteknya, kan aku ambil psikologi profesi.

Kenapa ambil psikologi lagi untuk S2?

Aku kan lulus S1 sudah lumayan lama, dan untuk psikologi S1 tuh belum cukup untuk buka praktik. Makanya S2 ini aku cari supaya izin praktiknya keluar.

Kamu memang punya mimpi jadi psikolog?

Tsania Marwa [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Tsania Marwa [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Impian banget, karena pada dasarnya aku senang banget sama pelajaran psikologi. Dengan segala cerita yang sudah aku alami, kayaknya bisa bermanfaat ke diri aku juga.

Kembali lagi ke tesis, seperti apa proses pengerjaannya?

Ngerjain tesis ini lika-likunya Masya Allah banget. Perjuangan banget deh.

Seperti apa contoh perjuangan kamu menyelesaikan tesis?

Aku tuh sampai nggak tidur, sampai bergadang. Aku kan sidangnya juga lagi di tengah syuting striping. Jadi itu deg-degan banget. Untung bisa terlewati semuanya.

Berarti kamu kuliah plus mengerjakan tesis di lokasi syuting?

Iya, sambil, karena kuliahnya kan masih online ya. Jadi memudahkan juga. Kan bisa kuliah dari lokasi syuting. Jamnya tidak terlalu memakan waktu juga, seminggu cuma dua kali. Untungnya produser aku juga mau ngerti, jadi dikasih izin.

Tema penelitian apa yang kamu angkat untuk tesis?

Judulnya tentang hidup aku sih. Jadi tentang orang tua yang terpisah dari anak. 

Proses pengerjaannya seperti apa? Kan kamu harus syuting juga?

Tsania Marwa [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Tsania Marwa [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Aku melakukan penelitian dan itu partisipannya lumayan banyak, hampir 80 orang. Itu beneran pakai G-Form dan aku sebar di media sosial. Alhamdulillah ya, power dari media sosial itu, jadi banyak partisipan yang dengan segenap hatinya ikut sampai akhirnya selesai penelitiannya. 

Dasar penelitian kamu apa?

Aku mengukur dari psychological stress, kecemasan dan insomnia yang disebabkan perpisahan orang tua dari anaknya.

Membuat tesis dari pengalaman pribadi itu seperti apa? Tidak takut terbawa perasaan saat menulis?

Tesis kan memang kajian ilmiah ya, jadi satu kalimat yang ditulis saja itu harus berdasarkan penelitian. Nggak boleh subyektif, semua harus obyektif.

Berarti selama pengerjaan tesis, kamu bisa tetap obyektif?

Alhamdulillah bisa ya, karena penelitianku kan kuantitatif. Pas prosesnya juga pakai SPSS, jadi memang angka dan sistem yang berbicara, nggak mungkin dimanipulasi. Hasilnya terbukti ada.

Reaksi dosen pembimbing kamu bagaimana saat tahu kamu mengangkat tesis dari pengalaman pribadi?

Alhamdulillah dipermudah. Dosen-dosennya juga membimbing aku dengan sangat baik. Mereka sangat mendukung sekali dan terus memberikan aku support. Tapi mereka juga mengingatkan supaya jangan sampai bias. Walaupun ini masalah kamu, harus tetap obyektif.

Sekarang tesis kamu sudah selesai, kapan wisuda?

Wisudanya masih setahun lagi. Kalau di kedokteran itu istilahnya aku masih koas gitu. Aku lagi latihan untuk ke kliennya langsung. Jadi tesisnya selesai, terus jalan setahun lagi, baru nanti wisuda.

Sebelum lulus, apa yang kamu persiapkan untuk buka praktek sebagai psikolog? 

Mendengar cerita orang itu kan butuh energi ya. Jadi yang harus aku pastikan, ketika mau menghadapi klien, aku harus dalam positive vibes. Secara mental juga aku harus dalam keadaan siap menerima omongan orang. 

Maksudnya menerima omongan orang ini dalam artian apa?

Ya kan kalau orang cerita nggak enak pasti ada rasa nggak enak ke kita. Sebisa mungkin harus ngerasa objektif. Kalau memang dirasa lagi kurang siap, lebih baik dipending konsultasinya.

Sejauh ini, sudah sesiap apa kamu untuk buka praktek psikolog?

Ya doain saja, semoga dipermudah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI