Interview: Lika-liku Perjalanan Karier Cok Simbara yang Pernah Tak Digaji Usai Tampil di Teater

Minggu, 25 Desember 2022 | 19:48 WIB
Interview: Lika-liku Perjalanan Karier Cok Simbara yang Pernah Tak Digaji Usai Tampil di Teater
Cok Simbara saat jumpa pers film animasi Panji Tengkorak di kantor Falcon Pictures, Jakarta. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa tak mengenal Cok Simbara. Ia merupakan salah satu aktor senior yang populer di era 80 hingga 90-an.

Namun tak banyak yang tahu bagaimana cerita Cok Simbara mengawali karier di dunia seni peran. Sebagai alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ia juga mengawali langkahnya dari panggung teater.

Dari situ, berbagai cerita menarik bermunculan. Mulai dari kualitas akting Cok Simbara yang tidak mendapat bayaran, sampai terpaksa mencukur rambut kesayangan demi meniti karier profesional. 

Hingga akhirnya, Cok Simbara sempat merasa jenuh di usia sekarang sampai memilih rehat sejenak dari industri hiburan Tanah Air.

Baca Juga: Interview: Kartika Putri Alami Baby Blues, Ingin Menyerah Merawat Anak Kedua

Cok Simbara [Instagram/@coksimbara53]
Cok Simbara [Instagram/@coksimbara53]

Lantas bagaimana cerita Cok Simbara terjun ke panggung hiburan Tanah Air? Benarkah lelaki 69 tahun mulai memikirkan rencana pensiun setelah merasa jenuh?

Berikut hasil perbincangan dengan Cok Simbara bersama Suara.com.

Perjalanan karier abang seperti apa sih sampai sekarang? 

Kalau perjalanan karier sangat sederhana. Saya awalnya dari teater. Nggak dibayar tuh. Keliling satu tahun cuma bisa beli kaus dua, istilahnya begitu. Keliling Indonesia, Malaysia, Singapura, satu tahun.

Itu dari tahun kapan? 

Baca Juga: Interview: Perjalanan 39 Tahun Slank, Ivanka Kenang Cari Logam Naik Mikrolet ke Potlot

Saya dari tahun 1973. 

Kok abang mau kerja nggak dibayar?

Ya saya kan memang orang berkesenian. Saya suka lingkungan teater. Memang jiwanya begitu. Aku nggak pernah memikirkan uang. Makanya ya itu tadi, ibaratnya setahun keliling cuma bisa membeli kaus dua biji.

Abang pernah ada kenangan apa selama manggung jarang dibayar?

Waktu saya pentas di Malaysia sama teman saya, saya bilang, 'Tolong kali ini uangnya jangan diambil, karena kaus saya sudah jelek'. Jadi saya ambil hak saya usai pentas di mana-mana. Saya juga sekalian suka bikin poster atau gimana tanpa dibayar.

Cok Simbara [Instagram/@coksimbara53]
Cok Simbara [Instagram/@coksimbara53]

Berarti abang benar-benar mulai dibayar setelah main film?

Iya, begitu jadi pekerja di film komersial segala macam, ya tentu saya juga harus minta bayaran. Saya kan juga harus hidup, apalagi sudah berkeluarga. 

Awal cerita abang mulai terjun di dunia film bagaimana? 

Aku kan dulu kuliah di IKJ. Ada adik kelas aku sudah jadi astrada. Pertama kali, kalau masih ingat Nurhadie Irawan, kalau pernah dengar ya, dia itu jadi astrada Wim Umboh. Waktu saya pulang habis keliling teater, rambut masih panjang, saya ditawari sama Nurhadie, mau nggak jadi pemeran utama di film ini?

Aku bilang, 'Bagaimana rambutnya?', ternyata harus potong. Aku langsung berpikir. Tapi ya sudah, dicoba saja. Begitu bertemu Wim Umboh, dia bilang harus potong rambut. Akhirnya dia bilang, 'Saya tahu kamu sama rambut sayang. Nanti kalau nggak jadi syuting, saya bayar rambutnya', gitu.

Makanya abang mau tuh akhirnya?

Iya, makanya mau. Dia bawa aku ke Blok M untuk potong rambut. Ditungguin, dipotong. Tapi memamg di situ akhirnya awal pertama kali main film, tahun 1977.

Waktu itu abang main di film apa? 

Kugapai Cintamu.

Perasaan abang bagaimana kala itu saat pertama kali main film?

Cok Simbara saat jumpa pers film animasi Panji Tengkorak di kantor Falcon Pictures, Jakarta. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Cok Simbara saat jumpa pers film animasi Panji Tengkorak di kantor Falcon Pictures, Jakarta. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Ya gimana ya, sebetulnya secara media, itu kan tetap akting juga, sama dengan teater. Cuma, ya beda. Ya senang saja. Artinya, itu babak baru untuk hidup saya yang kemarin luntang-lantung sebagai orang teater, terus jadi orang film. 

Sejauh ini suka duka karier abang di dunia perfilman seperti apa? 

Jujur ya, nggak ada yang duka banget. Ya aku senang saja, happy saja. Easy going saja. Saya nggak ngoyo. Begitu ada kesempatan, ya kerja. Kalau nggak ada, ya aku fun saja. Saya nggak pernah mau pusing gitu. Mungkin itu yang membuat saya awet sehat. Jadi fun saja. 

Tapi abang sempat rasain jenuh nggak sih? 

Jenuh iya. Jenuh dalam pengertian begini, untuk umur sekarang, bukan jenuh, tetapi memilih. 'ini kalau saya terusin, kerja berat nggak nanti?'. Karena fisik ya mulai menggerogoti kan. Nggak mudah untuk keluar rumah tiba-tiba mau pergi. Nggak mudah. Apalagi syuting misalnya harusnya stripping.

Aku punya syarat tertentu untuk itu. Kalau misalnya mereka mau memenuhi syarat aku, aku jalani. Dan itu semua pemikirannya bukan karena apa kesombongan. Yang saya pikirkan, 'Gue harus sehat'. Nomor satu sehat. Kalau aku menjalani ini, nggak sehat, saya mendingan pilih yang lain. Kan masih ada pilihan. 

Syarat-syaratnya apa saja?

Cuma soal kesehatan saja. Sekarang begini, seumur gini, kau ajak aku syuting sampai jam 2 subuh. Sehat nggak? Nggak kan? Nggak sehat. Itu berat. 

Abang sempat vakum juga nggak sih? 

Ada sih vakum sedikit, sebentar. Tapi, ngak lama. Ya kan aku ada kegiatan apa juga boleh, nggak juga ya no problem. Saya happy saja. Nggak mau susah ya. 

Abang pernah berpikir berhenti atau pensiun nggak? 

Aku selalu ngomong, 'Kalau aku nggak jadi ini, nggak apa-apa ya, belum rezeki'. Istri saya juga orangnya support kok. Tapi sejauh ini belum lah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI