Suara.com - Ketika hendak mengangkat kisah Imperfect jadi serial web, kreatornya Ernest Prakasa menganggap cerita geng kosan yang paling bisa dieksplor ke dalam format serial. Ernest terbukti benar. Musim pertama Imperfect The Series sukses dan berlanjut ke musim kedua yang kini tayang di WeTV.
Serialnya mengambil latar setahun sebelum versi filmnya. Versi serial berfokus pada gang kosan, Neti (Kiky Saputri), Endah (Neneng Risma), Prita (Aci Resti), dan Maria (Zsazsa Utari) yang tinggal bersama. Di musim pertama, fokus cerita pada kisah cinta Neti, cara beradaptasi Maria dengan pekerjaan, dilema Endah yang hendak dijodohkan, dan masalah Prita dengan adiknya.
Musim kedua lebih fokus pada Maria yang disukai dua cowok, Bima (Ari Irham) dan Adit (Abun Sungkar). Neti berjuang mendapat pekerjaan; Endah kian terobsesi dengan serba Korea; sedangkan Prita masih bergumul dengan persoalan keluarganya.
Musim kedua Imperfect The Series nyatanya sukses besar melebihi musim pertama. Dalam catatan WeTV yang diungkap ke publik. Musim kedua mampu mencatatkan angka 15 juta kali ditonton dalam waktu kurang dari seminggu penayangan. Video potongan episode pertama pun melesat ke Trending Youtube nomor 2 setelah ditayangkan. Angka-angka itu menandakan popularitas serialnya.
Baca Juga: Bocoran Adegan Imperfect The Series 2 Episode 9 dan 10, Maria Patah Hati, Neti Gagal Kerja Lagi?
Yang jadi tanya lalu, kenapa Imperfect The Series Season 2 begitu disukai penonton? Apa yang membuat mereka suka? Benarkah semata karena serialnya lucu dan mengundang tawa? Atau, apakah mereka merasa dekat dengan serial tersebut?
Buat saya, serial Imperfect The Series season 2 memang lucu. Menontonnya membuat tertawa dan hati senang. Namun, seperti cerita komedi yang bagus lainnya, sebuah tontonan komedi tak hanya sekadar lucu. Namun juga menyajikan realita hidup. Hal tersebut bisa ditertawai penontonnya, entah dengan getir maupun tidak. Jadi, komedi situasi yang baik adalah yang mampu menyampaikan realita untuk ditertawakan, yang juga merupakan kritik sosial atas kondisi masyarakat yang digambarkannya.
Penggambaran realitas
Realita macam apa yang digambarkan versi serial dari Imperfect? Sebetulnya, sejak dari versi filmnya yang rilis 2019 lalu, Ernest Prakasa, komika yang menyutradai sekaligus menulis ceritanya, ingin menyampaikan kritik sosial tentang tubuh dan bagaimana masyarakat kiwari memandang tubuh. Sentral cerita adalah wanita bertubuh tambun dan berkulit gelap, Rara (diperani Jessica Mila) yang harus menghadapi stigma masyarakat yang mengagungkan kulit putih dan langsing.
Di filmnya juga kita pertama kali dikenalkan dengan gang kosan dengan insekuritas masing-masing terhadap tubuh mereka. Di versi film, Neti insecure dengan payudaranya yang besar, Prita dengan tompel di dahinya, Neneng dengan giginya yang tidak rapi, dan Maria dengan rambutnya yang keriting. Filmnya punya pesan jelas: Semua wanita (juga pria) memiliki ketidaksempurnaan dan insekuritas masing-masing, tapi semua berhak bahagia. Kebahagiaan adalah kesempurnaan sejati. Seperti kata lirik lagunya, "Sempurnamu bahagia."
Baca Juga: Sinopsis Imperfect The Series Season 2 Episode 7: Maria Disukai 2 Cowok Ganteng
Versi serialnya melangkah lebih jauh lagi. Tidak lagi bicara ketidaksempurnaan. Gang kosan telah menerima ketidaksempurnaan di tubuh mereka. Kini mereka menjalani hidup keseharian. Seperti manusia yang berdaging dan berjiwa, mereka juga punya cita-cita, harapan, impian, juga ketakutan.
Ternyata, bila ditelisik lebih jauh, segala impian dan cita-cita geng kosan sejalan dengan impian dan cita-cita kaum milenial dan gen Z. Geng kosan tak bisa tidak adalah cerminan milenial dan gen Z kita.
Yang disebut milenial adalah mereka yang lahir antara 1981 hingga 1996. Saat ini usia mereka antara 41 dan yang termuda 26 tahun. Milenial adalah kelompok umur kedua terbesar di Indonesia dengan 25,87 persen dari total populasi atau 69,38 juta.
Sedangkan gen Z adalah mereka yang lahir tahun 1997 hingga 2012. Saat ini usia mereka 25 tahun sedang yang termuda 10 tahun. Jumlah mereka yang terbesar saat ini dari keseluruhan populasi penduduk Indonesia, yakni 27,94 persen atau 74,93 juta jiwa.
Realita hidup milenial dan gen Z
Geng Kosan berada dalam kelompok usia milenial dan gen Z. Neti diketahui berusia paling tua, 28 tahun, masuk kelompok milenial. Prita kemungkinan masuk milenial termuda atau gen Z tertua; sedangkan Maria tergolong kelompok gen Z yang baru masuk angkatan kerja, sedangkan Endah masuk golongan gen Z yang masih kuliah.
Neti di musim kedua mewakili generasi milenial yang tengah kesulitan mencari kerja. Hampir sepanjang musim ini Neti bekerja serabutan, dari mulai menjajal jadi artis figuran hingga pemandu karaoke. Ia akhirnya berlabuh jadi penata rambut di salon. Kisah Neti adalah wujud perjuangan tanpa henti demi memperoleh hidup yang lebih baik.
Prita lain lagi. Ia adalah milenial yang menjadi sandwich generation. Yang dimaksud sandwich generation adalah mereka yang harus memenuhi kebutuhan ekonomi banyak pihak, selain diri sendiri. Anda termasuk sandwich generation bila gaji tiap bulan dipakai tak hanya untuk memnuhi kebutuhan pribadi, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan orangtua dan/atau menyekolahkan adik.
Prita tak perlu memenuhi kebutuhan adiknya. Sang adik malah punya uang lebih darinya karena jadi selebgram dan di musim kedua ini diceritakan kuliah di luar kota.
Ayahnya pun kali ini mencari tambahan uang dengan ikut MLM (multi level marketing) jualan teh herbal. Di salah satu episode, ada tetangga mengatakan di depan Prita dan ayahnya kalau ia pusing bila anaknya tak mengirimi uang. Prita kemudian menimpali, "Kok, terdengar seperti menyindir, ya."
Mungkin karena Prita hanya bekerja di kios handphone, tak banyak yang ia bisa berikan pada orangtuanya. Namun, Prita memberi perlindungan selain uang pada ayahnya. Prita rela ikut berjualan teh herbal MLM ayahnya. Lalu, saat ia pikir ayahnya ditipu dengan ikutan MLM, Prita berani menyatroni orang yang mengajak ayahnya ikut MLM dan minta uang sang ayah dikembalikan.
Hal ini sesuai dengan studi IDN Media tahun ini pada milenial dan gen Z di Indonesia. Dikatakan, bagi gen Z, membahagiakan orangtua adalah prioritas utama dalam hidup (83 persen), baru kemudian menabung atau berinvestasi untuk masa depan (81 persen), menambah keahlian personal (71 persen) dan mendapat gaji yang lebih baik (76 persen).
Selain itu, data menunjukkan, dari 2017 ke 2021 terdapat kecenderungan peningkatan ketergantungan orang tua yang tak lagi produktif pada usia produktif, dari 14,02 persen ke 18,76 persen. Artinya, dari 100 orang usia produktif (umur 15-59 tahun) harus mengurus 17 orang berusia lebih tua yang tak lagi produktif. Nah, Prita masuk golongan ini.
Endah lain lagi. Kesukaannya pada yang serba Korea (nmusik K-Pop dan drama Korea) juga cermin generasinya. Dikatakan dalam studi IDN Media yang sama, satu dari empat gen Z menyukai musik K-pop atau 24 persen, sedang jumlah milenial yang suka K-pop sebesar 14 persen. Di kalangan milenial pula, sebanyak 23 persen menyukai drama Korea. Dan tentu saja, yang cewek penyuka drama Korea lebih banyak dari cowok, 33 persen berbanding 11 persen.
Sedangkan Maria yang Nasrani kita lihat di musim kedua ini bekerja di toko hijab. Ironisme ini tak terlalu istimewa bagi gen Z, sebetulnya. Sebab, di studi IDN Media, sebanyak 69 persen gen Z menganggap toleransi antar umat beragama di Indonesia sudah berjalan baik. Hanya 9 persen yang tidak setuju dengan pernyataan itu. Makanya, berbagai candaan soal agama di serial Imperfect The Series ditanggapi dengan tertawa oleh sebagian besar penonton.
Tengok misalnya, adegan kocak ketika kakak Maria, Yosep mengkonfrontir Maria yang bekerja di toko jilbab dan menuduhnya sudah pindah agama. Maria menegaskan pada sang kakak imannya kuat tapi sambil bilang "alhamdulillah"--idiom islami yang telah diakrabi penganut agama lain.
OTT tontonan milenial dan gen Z
Nah, serangkaian kedekatan hidup dengan milenial dan gen Z itu yang menjadikan WeTV Original Imperfect The Series 2 terasa terkait dengan penontonnya. Milenial dan gen Z juga paling suka menonton serial ini di aplikasi OTT (over the top), karena saat ini OTT telah jadi salah satu saluran utama bagi milenial dan gen Z mencari hiburan.
Memang, masih banyak yang mencari hiburan di TV (milenial: 78 %, gen Z: 69 %), tapi mereka juga telah kian terbiasa nonton tayangan di streaming platform (milenial 22 %, gen Z: 31 %). Netflix, WeTV, Viu, Vidio, atau Disney+Hotstar telah jadi bagian dari kehidupan gen Z dan milenial perkotaan.
Yang menarik lagi ditelisik sebetulnya milenial dan gen Z macam apakah geng kosan. Bila ditengok dari serialnya, Neti, Prita, Endah dan Maria bukan tewrgolong milenial dan gen Z yang hidup berkecukupan. Mereka tinggal di kosan kampung di tengah Jakarta yang bersahaja.
Di perkampungan tengah kota itu ditinggali banyak orang. Rumah padat berdempet. Itu sebabnya, di serial ini jalanan kampung kota tak pernah sepi. Ada saja orang bersliweran atau berjualan. Mereka bukan CEO atau pekerja yang bekerja di kawasan SCBD Sudirman, tapi bekerja di kios pasar yang kecil. Kalaupun masih kuliah, bukan di kampus yang elit. Kendaraan mereka
Penggambaran milenal dan gen Z yang hidup sederhana ini kian mendekatkan geng kosan dengan kebanyakan penontonnya. Serial Imperfect The Series 2 tak berpretensi menjual mimpi. Serialnya menjual realitas. Itu mungkin sebabnya mendatangkan jutaan penonton ke aplikasi WeTV. Mungkin.
Ditulis oleh Ade Irwansyah, seorang pengamat film dan TV. Menulis buku Seandainya Saya Kritikus Film (2009). Artikel ini adalah opini pribadi.