Tulisnya: "Dari sekian banyak film kita dengan tokoh hostes di dalamnya, adakah salah satu di antaranya yang betul-betul mempersoalkan hostes itu sendiri? Film-film Indonesia memperlakukan hostes persis seperti tuan-tuan ber-uang datang ke klub malam untuk sekadar melepaskan lelah sembari memanfaatkan perempuan yang ia sewa jam-jaman. Hostes adalah jalan raya baru bagi film Indonesia untuk menggambarkan adegan-adegan seks, dengan asumsi umum bahwa hostes adalah perempuan yang mudah dibeli."
Bila menengok potongan tulisan Salim Said di atas, apakah series Kupu Malam adalah sebuah kemunduran yang mengembalikan budaya pop kita ke tahun 1970-an lampau? Bukankah di Kupu Malam ada Laura yang jadi pekerja seks komersial karena alasan ekonomi (untuk menutupi biaya pengobatan adiknya yang sakit).
Ya, bila kita hanya menganggap budaya pop secara hitam-putih. Namun, kini budaya pop tak lagi dianggap rendahan. Produk budaya pop yang laku ditonton banyak orang (maupun yang tidak) sama signifikansinya sebagai penanda budaya.
Sejak post-modernisme, apa yang jadi arus-utama (mainstream) sama bernilainya dengan yang adi-luhung (avant-garde). Film karya Garin Nugroho, Edwin atau Kemala Andini sama bernilainya dengan karya Nayato Fionuala atau Anggy Umbara dalam perspektif post-modernis.
![Steffi Zamora di series Kupu Malam. [WeTV]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/12/06/57740-steffi-zamora.jpg)
Mari bicara ke pokok persoalan, kenapa serial Kupu Malam ditonton banyak orang? Saat ini OTT telah jadi barang mainstream. Kini banyak orang mencari hiburan di dunia maya. Untuk tontonan, mereka mencarinya di layanan streaming atau OTT. Meski kini bioskop telah buka kembali dan jutaan orang nonton bioskop, nonton OTT juga telah jadi kebiasaan.
Survei yang diungkap The Trade Desk pada Maret tahun ini mengatakan konsumsi layanan OTT di Indonesia tertinggi di pasar Asia Tenggara, dengan pertumbuhan sebesar 40 persen. Trade Desk menemukan, satu dari tiga orang Indonesia menonton konten OTT, dengan konsumsi 3,5 miliar jam konten setiap bulannya.
Dikatakan, jumlah penonton Indonesia di awal Desember ini telah melampaui rekor penonton tahun 2019 yang mencapai 51.901.746. Di layanan streaming, 50-an juta penonton telah diraih OTT di Indonesia tahun lalu. Artinya, jutaan penonton yang diraih Kupu Malam adalah hal lumrah.
"Digital Sinetron"
Manoj Punjabi, produser MD Pictures yang memproduksi Kupu Malam untuk WeTV, pernah mengatakan dalam suatu tayangan YouTube, kalau kini eranya web-series yang disebutnya "digital sinetron". Bila diartikan, hal itu berarti tayangan mirip sinetron yang ditujukan bagi penonton digital (baca: OTT).
MD Pictures awalnya lebih dikenal sebagai pabrik pembuat sinetron sukses. Mereka telah melahirkan Bawang Merah-Bawang Putih serta Cinta Fitri hingga berjilid-jilid. Memindahkan medium sinetron ke OTT bukan hal sulit bagi mereka.