Padahal Dilarang, Arie Kriting Singgung Tembakan Gas Air Mata Polisi di Tragedi Kanjuruhan

Minggu, 02 Oktober 2022 | 16:01 WIB
Padahal Dilarang, Arie Kriting Singgung Tembakan Gas Air Mata Polisi di Tragedi Kanjuruhan
Komika Arie Kriting saat mengisi acara konser amal Suara Nusa Timur di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (24/4/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang mendapat sorotan tajam dari Arie Kriting. Di Twitter, ia mengunggah ulang cuitan warganet tentang bencana sepak bola terbesar di dunia.

"Bencana sepak bola terbesar di dunia itu terjadi di Lima, Peru tahun 1964 dan menewaskan 328 jiwa," bunyi tulisan yang diunggah ulang Arie Kriting, Minggu (2/10/2022).

Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.
Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

Setelahnya, Arie Kriting menyinggung pemicu kerusuhan besar dalam sepak bola yang juga dipicu tembakan gas air mata dari petugas kepolisian.

"Tebak pencetusnya apa? Gas air mata," lanjut tulisan warganet yang tulisannya diunggah ulang oleh Arie Kriting.

Baca Juga: Jadwal Kick-off Malam Hari Disorot Usai Tragedi Kanjuruhan, PSSI: Semua Pihak Sudah Setuju

Tak cukup sampai di situ, tulisan tersebut juga memuat tentang larangan penggunaan gas air mata untuk laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di musim sebelumnya.

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

"Tahun 2019, penggunaan gas air mata dilarang dalam pengamanan pertandingan Arema versus Persebaya," cuit akun bernama @adepedia tersebut.

Tercantum juga pernyataan Komjen Unggung Cahyono yang saat itu menjabat sebagai Kaba Intelkam Mabes Polri tentang alasan pelarangan penggunaan gas air mata untuk pengamanan laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

"Dari pengalaman yang sudah-sudah, justru membawa dampak luas dan bisa memancing suporter anarkis," jelas Komjen Unggung Cahyono.

Sebagaimana diketahui, kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang malam tadi memicu kemarahan Aremania yang datang menyaksikan pertandingan.

Baca Juga: Nyesek! 2 Pemain Bola Liga 3 Meninggal Dunia di Tragedi Kanjuruhan, Nonton Klub Impian Berujung Maut

Usai peluit panjang dibunyikan, salah satu Aremania turun ke lapangan untuk mengutarakan kekecewaan dan disusul yang lain.

Imbasnya, polisi langsung menembakkan gas air mata untuk mengurai massa. Sayang, asap dari gas air mata justru memenuhi tribun tempat Aremania yang tidak ikut melakukan protes.

Tembakan gas air mata juga yang diduga menimbulkan banyaknya korban jiwa dari Aremania yang masih berada di tribun suporter karena sesak napas.

Selain Aremania, dua korban meninggal dunia juga datang dari pihak kepolisian yang malam itu bertugas mengamankan pertandingan. Empat mobil polisi turut hangus terbakar imbas kerusuhan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI