Suara.com - Beberapa animator asal Indonesia berhasil menembus layar industri perfilman Australia, di saat masalah gaji dan waktu kerja masih jadi tantangan animator di dalam negeri.
Nathania Calosa Nema, asal Semarang, kini bekerja sebagai seniman efek visual, 'VFX compositor', di kota Adelaide.
Osa sudah pernah mengerjakan film Elvis, serial Netflix berjudul Man vs. Bee, dan film produksi Marvel yaitu Thor: Love and Thunder.
"Ini adalah mimpi yang jadi kenyataan, saya dari dulu sudah pengen banget," katanya.
"Berhubung saya pasti mau bertahan di industri ini, saya berharap bisa naik level dari junior ke mid dan lama-lama senior untuk bisa bantu yang junior."
Menurut Osa, panggilan akrabnya, industri perfilman di Australia saat ini sedang maju.
Karenanya tidak heran jika Pemerintah Australia memberikan visa bagi pekerja industri film, televisi, dan lainnya di dunia hiburan.
Osa sendiri menggunakan visa jenis 'Entertainment Activities stream' yang masa berlakunya maksimal dua tahun.
Visa ini sudah ada di Australia sejak tahun 2016, dan dulunya merupakan visa subclass 420 yang mengikuti aturan migrasi tahun 1994.
Baca Juga: Bocah SD Animator Sempat Viral, Bikin Karya Spesial Rayakan Kemerdekaan RI
Untuk mendapatkan visa ini, ia harus menyertakan bukti kontrak kerja dengan perusahaan di Australia.