Suara.com - Gofar Hilman pernah mendapat sorotan tajam pada pertengahan 2021. Saat itu, ia dituding melecehkan salah satu penggemar yang bernama Hafsyarina Sufa Rebowo.
Mulanya, Hafsyarina Sufa Rebowo lewat akun Twitter bernama quweenjojo membagikan cerita tentang perlakuan tak senonoh Gofar Hilman saat mereka bertemu di sebuah acara di Jawa Timur.
Hafsyarina Sufa Rebowo yang awalnya ingin meminta foto bersama Gofar Hilman mengaku dilecehkan setelah sang presenter berusaha meraba bagian vitalnya.
Namun pada Februari 2022, Hafsyarina Sufa Rebowo meminta maaf atas aksinya menuding Gofar Hilman sebagai pelaku pelecehan seksual. Ia berdalih hanya mengarang cerita karena efek delusi.
Baca Juga: Interview: Pesulap Merah Disebut Jelmaan Ustaz Hingga Bongkar Trik Dukun
Meski Hafsyarina Sufa Rebowo sudah berbicara yang sebenarnya, Gofar Hilman ternyata masih menghadapi jalan terjal untuk bangkit dari keterpurukan pasca dihakimi habis-habisan.
Sampai akhirnya, Gofar Hilman berhasil mencapai titik untuk meyakinkan dirinya guna kembali berkarya seperti sedia kala.
Lantas seperti apa perjuangan Gofar Hilman untuk lepas dari citra buruk pasca dituding melakukan pelecehan seksual ke penggemar? Berikut hasil wawancara dengan sang presenter:
Lo sempat terpuruk, sekarang comeback?
Iya, alhamdulillah.
Baca Juga: Interview: Cerita Perjuangan Susan Sameh Lawan Pelecehan Seksual
Bagaimana proses lo melewati masa-masa sulit?
Aduh, struggle-nya parah sih ya. Ya yang penting gue mau pesan ke teman-teman semua. Sehat badan nomor 2, nomor 1 itu sehat pikiran. Itu yang bikin kita, apalagi semenjak pandemi, banyak banget orang yang punya kepribadian yang beda dari sebelumnya, dan menurut gue harus ada sesuatu yang dipikirkan banget, concern banget.
Kalau ada merasa nggak enak, tolong konsultasikan ke ahlinya. Jangan self diagnose, itu penting banget yang pertama. Yang kedua, bahwa yang nolong diri lo adalah diri lo sendiri. Biar lo bangkit dari masalah, selebihnya adalah orang-orang sekitar.
Apa yang mendorong lo cepat bangkit?
Salah satu cambuk gue adalah pegawai gue 12 orang dan adik-adik gue yang masih kuliah, keluarga gue yang harus dibiayai. Jadi cambuk gue cuma mereka, jadi nggak bisa lama-lama nih diam, gue harus maju nih. Bagaimana pun, situasinya harus gue lewatin apa pun itu. Jadi yang bikin gue maju adalah mereka.
Lo ngapain saja sebelum comeback lagi?
Gue ingat banget, sebulan itu kan gue, dari pertama hal-hal yang dituduhkan itu gue selalu dari awal berkomunikasi dengan mereka. 'Ayo kita cari solusi, seperti apa'. Setahu gue, kalau ada masalah harus ada solusi. Ketika ada pihak yang tak punya solusi, gue nanya, 'Ini kenapa nih?' Kan dari awal, dari hari pertama itu muncul, gue sudah membuka diri. Tapi ya nggak digubris.
Pada akhirnya gue memilih jalan lain, karena semua cara sudah. Gue ke Komnas Perempuan, Komnas HAM juga sudah gue suratin tiga kali, nggak ada jawaban. Gue jadi kayak sudah dipenggal duluan, serem. Kalau gimana cara bangkitnya, ya tadi sih cambuknya, keluarga sama pegawai-pegawai gue.
Mereka gue gaji full, kerjanya cuma YouTube-an doang itu. Gue ingat banget, sebulan pertama setelah gue matiin handphone, kerjaan gue main PS. Paling gue curhatnnya sama anjing gue.
Terus lo mulai kepikiran bangkit kapan?
Gue comeback-nya hari ke-30, bulan pertama. Gue bikin konsep, termasuk film. Gue harus bikin konsep apa yang harus gue lakuin, karena ada beberapa pekerjaan yang terputuskan. Mungkin 99 persen pekerjaan terputuskan, jadi tinggal gimana cara gue survive kan.
Maksud gue, orang yang bisa survive adalah orang yang adaptif, jadi gue adaptif dengan keadaan gue dulu, nerima dulu, baru gue lakukan apa yang bisa gue lakukan semampu gue. Jadi nggak langsung, pelan-pelan dulu. Pertama mulai dari mikirin konsep, ide-ide. Sekarang kebetulan gue nggak gabung F&B lah, jadinya sekarang ke konser musik.
Sekarang lo juga pilih balik bergaul lagi ke teman-teman SMA?
Banget. Surprise sih. Ketika gue jatuh, yang nolongin malah orang-orang yang sudah 20 tahun nggak ketemu, datang ke gue, termasuk teman SMA. Ada teman yang selalu marahin gue, dia selalu marahin gue soal religi, tapi mereka stay.
Dari situ, lo kan pasti ada pelajaran dari sebelumnya. Sekarang lo mulai nyaring pertemanan nggak?
Tentu. Cuma intinya, gue akan baik sama orang saja. Meskipun dia jahat sama gue, itu urusan nanti. Gue pernah ada yang nyerang pas ketemu di jalan, gue tanya, 'Lo siapa?'. Gue ajak salaman, nggak mau, oh ya sudah. Gue nggak boleh marah. Gue baik saja.
Perkara dia benci dan nggak baik sama gue, itu urusan dia. Kayaknya lebih capek benci sama orang daripada suka sama orang. Gue nggak apa-apa banget, ada orang yang benci sama gue ketemu di jalan, entah itu artis atau apa, gue tetap nyapa. Jadi gue yang apa adanya saja.
Dari sejak comeback, kerugian sudah balik semua?
Belum, masih jauh. Cuma orang harus survive ya. Gimana caranya, mikirnya yang dekat-dekat dulu saja. Gimana caranya kantor sebulan bisa terpenuhi, gimana caranya gaya hidup dikurangi. Asalkan gaya hidup kita saja disesuaikan. Yang jadi masalah kan kalau gaya hidup kita lebih tinggi daripada gaji, selera lebih tinggi daripada salary. Nanti jadi masalah.
Proses adaptasi lo seperti apa sih setelah comeback?
Ya sudah, gaya hidup dikecilin. Banyak hal-hal yang adaptif lah. Banyak hal yang gue kurangin. Mobil sekarang cuma lima, dulu kan ada sepuluh. Nggak apa-apa, nanti kalau ada rezeki kan bisa beli lagi.