Suara.com - Pesulap Merah baru-baru ini diundang ke kanal YouTube Nikita Mirzani dan membongkar trik santet yang bisa membunuh orang. Bukan dengan bantuan jin atau hal berbau mistis lainnya, dia mengungkap santet digunakan dengan memakai racun.
Istilah santet sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Banyak sekali film horor tentang santet, membuat orang berpikir bahwa metode tersebut bisa membuat nyawa melayang.
"Sebenarnya santet di Indonesia itu metodenya racun. Jadi pernah dengar nggak, metode membunuh tanpa menyentuh. Racun itu membunuhnya tanpa menyentuh," kata Pesulap Merah dikutip dari kanal YouTube Nikita Mirzani, Sabtu (6/8/2022).
Namun racun santet berbeda dari sianida, menurut Pesulap Merah. Pemilik nama asli Marcel Radhival itu mengatakan bahwa racun santet tidak terdeteksi medis dan dibuat sendiri.
"(Racun santet) bikin sendiri. Saya tidak bisa mendetailkan bagaimana cara buatnya, karena bahaya banget, takut dipraktekin sama viewers," ujarnya.
Pesulap Merah lebih lanjut menjelaskan racun santet berbentuk bubuk dan biasanya dimasukkan ke minuman sebagai perantara masuk ke dalam tubuh korban.
"Jadi ada yang terbuat dari hewan, saya juga nggak bisa jelaskan hewan apa. Bahaya banget soalnya. Terus ada lagi yang terbuat dari benda yang diparut jadi serbuk," kata Pesulap Merah.
"Nah, ini nggak ketahuan medis. Biasanya ditaruh di kopi, minuman. Kalau masuk ke-minum, nyangkutnya di tenggorokan," sambung pria yang tengah berseteru dengan Gus Samsudin itu.
Jika sudah meminum racun santet, orang akan merasakan gejala seperti kencing atau muntah darah sebelum akhirnya meninggal.
Baca Juga: Ningsih Tinampi Puji Keberanian Pesulap Merah Bongkar Trik Dukun, Warganet: Takut Didatangi Ya
"Nah, ini gejalanya biasanya adalah kencing darah, muntah darah. Tapi (secara) medis nggak sakit. Dia nggak sakit apa-apa tapi tiap hari muntah darah. Biasanya dalam waktu tiga sampai tujuh hari meninggal," ungkap Pesulap Merah.
Pengetahuan tentang racun santet ini tidak akan pernah dibagikan ke orang awam oleh Pesulap Merah, karena sangat berbahaya dan bisa disalahgunakan.
Kontributor : Chusnul Chotimah