Suara.com - Di tahun 2009 nama Ponari, dukun cilik sakti tiba-tiba saja menjadi terkenal seiring kabar dirinya bisa menyembuhkan segala penyakit hanya dengan menggunakan batu.
Awalnya Ponari menemukan sebuah batu ketika bermain hujan saat badai petir tengah berlangsung. Batu yang ditemukan dinamai batu petir yang dipercaya memiliki kekuatan sakti untuk menyembuhkan penyakit.
Dulu dalam sehari, Ponari bisa mendapatkan uang hingga seratus juta rupiah. Hidupnya di desa semasa masih menjadi dukun begitu sukses hingga bisa membangun rumah besar layaknya istana.
Tiga belas tahun berlalu, kini sosok dukun cilik itu sudah dewasa dan tak lagi menjadi dukun. Kesaktiannya seolah meredup seiring waktu berlalu. Saat ini dia tinggal bersama orangtua dan istrinya di Dusun Kedungsari, Desa Balungsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur.
Rumah ponari di kampung bisa dibilang cukup memprihatinkan jika dibandingkan dengan kesuksesannya dulu. Bahkan rumah lama yang dulu menjadi tempat Ponari menjalankan praktik dukun untuk menyembuhkan orang sakit sudah bobrok dan tak layak huni.
Berikut potret rumah Ponari si dukun cilik yang sudah dihimpun dari berbagai sumber berikut ini:
1. Sukses Jadi Dukun Sakti, Ponari Bangun Rumah Mewah

Rumah bercat hijau ini dulunya menjadi salah satu rumah termewah di desa tempat tinggal Ponari yang ada di Jombang, Jawa Timur. Rumah tersebut dibangun di atas lahan cukup luas dengan halaman depan yang lapang. Di sekitarnya ditumbuhi pepohonan rindang sehingga menambah kesan asri.
2. Saksi Kesuksesan Ponari
Baca Juga: Dukun Cilik Ponari Kini, Pernah Jadi Buruh Pabrik hingga Ikut Stand Up

Berukuran cukup besar, rumah ini adalah saksi kesuksesan Ponari ketika masih menjadi dukun cilik. Lahan yang menjadi tempat berdirinya rumah Ponari dibeli dari uang hasil kerjanya menyembuhkan orang. Ponari berhasil membeli tanah dan membangun rumah untuk ditinggali oleh keluarganya. Dulu, ia sempat mendapat banyak tawaran seperti rumah, mobil, hingga uang tunai sebagai ganti atas batu saktinya. Sayang, tawaran menggiurkan itu ditolak dan kini popularitasnya juga hilang.