Suara.com - Ibu dan adik Ayu Anjani menjadi korban tewas tenggelamnya kapal di perairan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Selasa (28/6/2022).
Tapi di balik insiden ini, Ayu Anjani beserta keluarga menduga ada kelalaian dari pihak awak kapal. Untuk itu mereka siap memperkarakan kasus ke ranah hukum.
"Dengan segala cara akan saya kasuskan. Karena itu adalah human error," kata ayah Ayu Anjani, Saraswanto Abduljabar.
Kelalaian tersebut lantaran awak kapal maupun kapten yang seharusnya standby berjaga justru tidur. Sehingga mereka tidak menyadari kapal goyang dan membuat air masuk.
Baca Juga: Ibu dan Adiknya Tenggelam, Ayu Anjani Nangis Kecewa ke Kru Kapal dan Tim SAR
"Ada saksi mata, kapal Andalusia yang melintas, melihat kalau kapal ini goyang terus dan tidak ada yang mengendalikan," ucap ayah Ayu Anjani.
"Berarti tidur semua kan itu. Sampai pas goyangan itu menabrak karang," imbuhnya memaparkan.
Untuk sementara ini kapten kapal telah ditahan. Hanya saja ayah Ayu Anjani tak mau hanya kaptennya yang mendapat hukuman.
"Saya juga meminta seluruh ABK. Karena suatu kejadian tidak bisa hanya kapten atau nahkoda yang bertanggung jawab. Tapi ABK juga punya peran," terangnya.
Menurutnya jika para ABK (anak buah kapal) hendak istirahat, seharusnya bergantian. Ini justru tidak ada yang standby.
Baca Juga: Kronologi Tenggelamnya Ibu dan Adik Ayu Anjani, Kapal Awalnya Miring
Lainnya ada KKM (kepala kamar mesin) yang juga diduga tidur. "Jadi kalau tidur, siapa yang menghidupkan mesin kapal? Nggak ada. Sehingga mau saya tuntut juga," tegas ayah Ayu Anjani.
Peristiwa tenggelamnya kapal dijelaskan adik Ayu Anjani, Anne April yang ikut di kapal tersebut. Ia mulai merasakan kapal terasa miring sekira pukul 05.00.
"Subuh-subuh setelah bikin susu buat anak, saya tiduran. Kok miring? Terus sampai miring banget dan listrik mati," ucap Anne April.
Dalam kondisi itu, air dengan cepat masuk ke kapal. "Antara dua sampai empat detik sudah sampai leher," terang adik Ayu Anjani ini.