Suara.com - Jagat perfilman dalam negeri kehilangan sosok aktris senior, Rima Melati yang tutup usia pada Kamis (23/6/2022) di RSPAD Jakarta Pusat. Kabar tersebut dibagikan melalui akun Instagram anak menantu Rima Melati, Marisa Tumbuan.
"Telah berpulang dengan tenang ke pangkuan yang Maha Esa, Ibu Rima Melati, ibunda/mertua terkasih dari Aditya Bimasakti dan Marisa Tumbuan," tulis Marisa melalui unggahan Instagram.
"(Meninggal dunia) hari ini Kamis (23 Juni 2022) pada pukul 15.14 WIB di RSPAD Jakarta Pusat," lanjut Marisa.
Rima Melati sebelumnya melawan penyakit dekubitus hingga harus dirawat di ruangan Intensive Care Unit (ICU) pada akhir Mei lalu.
Baca Juga: Begini Suasana di Rumah Duka Rima Melati
Aktris yang memiliki nama asli Marjolien Tambajong tersebut telah membintangi segudang film kondang pada awal masa modern perfilman di Indonesia.
Berikut adalah sejumlah film populer Rima Melati yang legendaris dan dikenang sebagai film-film terbaik di perfilman dalam negeri.
Kasih Tak Sampai (1961) sebagai film debut
Debut Rima Melati di layar kaca melalui film berjudul Kasih Tak Sampai yang dirilis pada 1961. Film garapan sutradara Turino Djunaidy tersebut menceritakan kisah seorang anak yang lahir dari hubungan gelap bernama Ningsih (diperankan oleh Rima Melati).
Ibu Ningsih bekerja di rumah seorang kaya raya bernama Ny. Sukardi yang merahasiakan identitas Ningsih sebagai anaknya.
Baca Juga: Fakta Menarik Rima Melati: Teman Sekolah Gus Dur, Nama Panggung Diberi Soekarno
Usai mendapat kabar sosok ibunda aslinya, Ningsih kabur dan mengadu nasib sebagai bintang film.
Kartika Aju (1963)
Rima kembali melanjutkan kariernya dengan membintangi beberapa film lainnya, salah satunya Kartika Aju yang juga disutradarai oleh Turino Djunaidy.
Dalam waktu yang berdekatan, Rima juga memerankan beberapa film lainnya yakni Djantung Hati (1961) dan Violetta (1962).
Max Havelaar (1975)
Aktris berdarah Minahasa tersebut tetap melanjutkan kariernya di dunia perfilman dengan membintangi Laki-Laki Tak Bernama garapan Wim Umboh.
Beberapa tahun setelahnya, Rima turut memerankan film Indonesia–Belanda berjudul Max Havelaar (1975) yang diangkat dari novel dengan judul yang sama.
Sabet segudang penghargaan
Rima berhasil menyabet Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1973 untuk kategori Pemeran Utama Wanita usai membintangi Intan Berduri (1972) bersama aktor senior Benyamin Sueb.
Tak berhenti di situ, Rima juga menerima penghargaan Pemeran Pembantu Wanita Terbaik yang diberikan oleh FFI untuk sederet film yakni Kupu-Kupu Putih (1984), Tinggal Landas buat Kekasih (1985), Pondok Cinta (1986), Biarkan Bulan Itu (1987) dan Arini II (1989)
Sempat rehat dari dunia film
Rima memutuskan bahwa dirinya akan rehat dari kegiatan perfilman. Adapun aktris senior tersebut sempat didiagnosis dengan kanker payudara Stadium 3B usai memerankan Sesaat Dalam Pelukan (1989)
Kembali meramaikan layar kaca Indonesia era 2000-an
Usai sempat rehat dari dunia film karena divonis kanker payudara, Rima membintangi film-film modern era 2000an seperti Banyu Biru (2004) dan Ungu Violet (2005).
Ia membintangi film terakhirnya yakni drama garapan Findo Purwono HW berjudul Ayah, Mengapa Aku Berbeda? (2011).
Kontributor : Armand Ilham