Suara.com - Aktor Rio Dewanto dikenal sebagai pecinta dan penikmat kopi. Ia terlibat dalam beberapa film terkait kopi dan menjadi bagian dari kedai kopi ternama, Filosofi Kopi.
Suami Atiqah Hasiholan tersebut mengungkap sejak aktif di dunia kopi, ia semakin sadar bahwa kualitas biji kopi di Indonesia sangat menjanjikan. Mengetahui potensinya bisa menembus pasar Internasional, Rio Dewanto pun banyak berinvestasi di bidang kopi.
Aktor kelahiran Jakarta, 28 Agustus 1987 ini menceritakan bahwa dia juga ambil peran dalam mengembangkan koperasi wanita yang memberdayakan para petani wanita di daerah Gayo, Aceh.
Mereka memproses kopi tersebut dari pasca panen sampai akhirnya bisa dipasarkan.
Baca Juga: Interview: Khirani Trihatmodjo Siap Jadi Penerus Mayangsari
Rio Dewanto pun terjun langsung dalam memantau ekosistem kopinya di sana. Beberapa bulan sekali, ia pasti menyempatkan diri untuk menengok investasinya itu.
Lebih lanjut, berikut wawancara lengkap bersama Rio Dewanto.
Sejak kapan membantu memberdayakan petani kopi?
Kalau (perkebunan kopi) itu start 2017, waktu itu awalnya sempat bikin dokumenter di Gayo, saya ngerasa Gayo itu ekosistem dan infrastruktur untuk kopi entah ekspor impor dan juga menumbuhkan kopinya tuh luar biasa .
Dan kenapa memilih membantu koperasi wanita di sana?
Baca Juga: Interview: Ashanty Soal Bisnis Hingga Masa Depan Arsy Hermansyah
Kayak mereka tuh dari kecil udah lahir di kebon kopi ibaratnya orang Gayo asli situ dan mereka udah sehari-hari ngurusin tanaman kopi.
Terjun langsung ngurus perkebunan nggak sih?
Sebelum pandemi saya sebulan sekali ke sana, kadang-kadang bikin kelas (bisnis) atau cuma main ke sana, tidur di rumah warga sana, saya kalau hectic butuh ketenangan atau mau pindah peran, biasanya saya pergi ke sana, rumah kedua saya.
Biasanya berapa lama di Gayo?
Kadang-kadang seminggu, bisa dua minggu, tergantung Atiqah nelpon 'pa pulang' haha.
Jenis kopi apa yang dibudidayakan di sana?
Kalau di sana, kebanyakan arabica karena secara tinggi mdpl-nya memang sekitar 1200 ke atas, curah hujannya di sana tinggi banget jadi bagus. Setahun itu mereka bisa panen 4-5 kali.
Berapa hektar perkebunan di sana?
Saya nggak beli tanah, saya membantu petani di sana aja. Saya nggak mau bilang bahwa saya punya tanah di sana, buat saya tanah mereka ya tetap tanah mereka, saya bantu mengelola aja.
Memandang kopi beneran dengan kopi instan?
Konsumen peminum kopi di Indonesia banyak sekali. Sama halnya ready to drink di retail (instan) dan coffee shop (cold brew). Enggak ada batasannya. Semua kembali ke selera.
Lo sendiri biasa minum kopi yang gimana?
Kalau dulu tuh gue minum kopi sachet, makin ke sini ternyata kopi lebih daripada itu dan kita punya potensi itu, yaudah coba kita eksplor sama-sama lah.
Atikah suka kopi juga nggak sih?
Suka, suka, dia juga minum kopi tiap hari kaya saya. Tapi bikinan sendiri, kita masing-masing bikin kopi sendiri-sendiri karena kita punya preferensinya masing-masing.
Kopi enak ala Rio?
Subjektif. Kalau saya bikin kopi tergantung mood sih. Soalnya saya di rumah juga punya alat kopi banyak gitu, jadi ganti-ganti aja nyesuain mood.
Kopi favorit lo sendiri?
Filosofi kopi lah pasti, haha.
Memandang industri kopi yang menjamur saat ini?
Kalau aku lihat sih banyak ya kedai kopi yang tetap buka dan dari tahun 2015 sampai sekarang. Saya sudah bilang bahwa perjalanan kopi tuh cukup panjang sampai ke saat ini. Jadi, indonesia punya potensi yang luar biasa, ya semoga aja trend ini bukan cuma bertahun 10 tahun, bisa jadi 20-30 tahun sampe cucu-cucu kita.