Namun, perumpamaan yang dibuat Yaqut saat menjelaskan hal itu berujung masalah. Dia membandingkan suara azan dari toa masjid dengan gonggongan anjing.
"Kita bayangkan, saya Muslim, saya hidup di lingkungan nonmuslim, kemudian rumah ibadah mereka membunyikan toa sehari lima kali (azan) dengan keras secara bersamaan, itu rasanya bagaimana?" kata Yaqut.
"Contohnya lagi, misalkan tetangga kita kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya menggonggong di waktu yang bersamaan, kita terganggu tidak? Artinya semua suara-suara harus kita atur agar tidak menjadi gangguan," ujarnya lagi.
Jadi kontroversi, Kemenag akhirnya berikan klarifikasi. Dalam penjelasannya, Menag Yaqut disebut tak pernah membandingkan azan dengan gonggongan anjing.