Pasha Ungu: Saya Dulu Pernah Merasa Jadi Sampah Jakarta

Sumarni Suara.Com
Rabu, 05 Januari 2022 | 12:23 WIB
Pasha Ungu: Saya Dulu Pernah Merasa Jadi Sampah Jakarta
Pasha Ungu [Revi C Rantung/Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha mengungkap awal mula bisa bergabung dengan grup musik Ungu.

"Saya sudah 21 tahun (berkarier dengan Ungu), baru gabung 1999. Dari sekolah sudah nge-band. Dulu modal percaya diri saja," kata Pasha Ungu di program Pagi Pagi Ambyar pada Selasa (4/1/2022).

Di momen itu, Pasha Ungu sejatinya sudah tidak kepikiran buat terjun ke dunia musik. Dia justru sedang ingin meneruskan pendidikannya di bangku kuliah.

Aksi Pasha Ungu di panggung Indonesian Idol. [Instagram]
Aksi Pasha Ungu di panggung Indonesian Idol. [Instagram]

"Justru saya gabung sama Ungu lagi nggak memikirkan musik. Saya mau kuliah kan. Saya ke Jakarta mau kuliah saja," ucapnya.

Baca Juga: Kaleidoskop 2021: 5 Tokoh yang Meninggal Karena Covid-19

Tapi pelantun Demi Waktu ini mendadak diajak oleh gitaris Ungu di masa lalu untuk bergabung.

"Ada gitaris Ungu yang lama sebelum mas Enda. Waktu itu vokalis Ungu sudah ada cuma mau ada pergantian vokalis. Ada audisi dulu, saya audisi dulu. Tawaran itu ada pas saya lagi di studio, ada tempat tongkrongan dulu lah," tutur Pasha Ungu.

Pasha Ungu [Instagram]
Pasha Ungu [Instagram]

Pasha Ungu pun mengingatkan para personel bahwa dirinya ingin nge-band tapi tidak sekadar buat main-main.

"Zaman dulu susah banget, saya nggak mau asal nge-band, mau ada hasilnya. Tapi mereka bilang kita akan menjadi besar," ucapnya.

Maklum kala itu, Pasha Ungu hidup susah. Dia harus bertahan hidup di Jakarta tanpa dukungan uang dari orangtuanya.

Baca Juga: Kaleidoskop 2021: Tahun Duka Industri Hiburan, Banyak Artis Berpulang

Pasha Ungu [Suara.com/Evi Ariska]
Pasha Ungu [Suara.com/Evi Ariska]

"Saya dulu pernah merasa jadi sampah Jakarta. Nggak punya kerjaan. Kuliah juga nggak jelas waktu itu, terus semester 3 out. Tahun 98 nggak jelas. Waktu itu cuma punya semangat saja sama temen-temen," jelas Pasha Ungu.

"Mau beli gorengan, naik metro mini mending jalan kaki, karena Rp 100 itu mending jalan kaki. Saya pernah jalan kaki dari Blok M ke Pancoran. Duitnya buat beli gorengan. Biar bisa ada isi perut. Hidup pindah-pindah. Karena sudah nggak kuliah jadi nggak berani minta ke orangtua," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI