Pada 2003-2005 udah merengkuh kesuksesan, tapi sempat riset justru mengalami masa sulit secara finansial. Itu gimana mas?
Aku tinggal di rumah susun pas 2002-2004 sebelum Janji Joni, setelah itu masih pindah-pindah cari kontrakan murah. Karena aku nggak mau terima proyek ngasal. Jadi nggak mau sekadar cari uang tapi juga karier.
Pada 2005 itu aku dapat tawaran komedi seperti Janji Joni, Arisan. Sementara aku tau, nggak boleh bikin film yang sama terus. Jadi aku mau bikin yang beda. Susah kan, makanya itu pas jaman susahnya.

2007, 2008 paling sulit, nggak ada film. Saya ngontrak di daerah Cipete, pokoknya dijual dan yang tersisa adalah sofa. Lemari nggak ada, karena kalau nggak ada laptop aku nggak bisa kerja. Dari segi finansial juga sampai sekarang biasa-biasa saja. Aku bikin film kan masih pilih, nggak semua diambil.
Memang untuk kru film apakah pendapatannya tidak sebanding sama artis?
Nggak sih, bayaran untuk pemain dan film nggak jauh beda. Kecuali sinetron karena episode banyak. Tapi kalau film satu, saya biasanya bikin dua tahun sekali. Hanya 2019 saya bikin dua, tapi itu pengerjaan sudah tahun lalu.
Ngomongin sinetron belum tertarik nih untuk menggarapnya?
Nggak. Mungkin karena produk sinetron yang dihasilkan begitu, saya nggak bisa yang terlalu cepat, saya nulis dan bikin prosesnya lama. Kaya Perempuan Tanah Jahanam dari 2012, baru jadi 2019.
Sekarang-sekarang ini atas pencapaian yang luar biasa, masih ada target?
Baca Juga: Interview: Dampak yang Dirasakan Natasha Wilona Usai Bintangi Little Mom
Kalau saya selalu bikin target untuk mencapai. Setelah target itu didapatkan, bikin lagi. Ditanya apa ya masih banyak. Karena saya selalu menggeser target ke depan.