Interview: Asri Welas Bicara Soal Dampak Pandemi Covid-19 di Industri Perfilman

SumarniEvi Ariska Suara.Com
Minggu, 04 Juli 2021 | 17:59 WIB
Interview: Asri Welas Bicara Soal Dampak Pandemi Covid-19 di Industri Perfilman
Asri Welas (Sumarni/Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sudah satu tahun lebih pandemi virus corona atau Covid-19 melanda Indonesia. Memasuki tahun kedua, Covid-19 semakin mengganas meski vaksin mulai disalurkan kepada masyrakat luas.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah guna memutus rantai penularan Covid-19 dengan kembali memperketat protokol dan membatasi kegiatan. Pembatasan itu berdampak kepada beberapa sektor industri di Indonesia seperti industri perfilman.

Asri Pramawati atau lebih dikenal dengan Asri Welas sebagai pekerja seni merasakan dampak nyata dari pandemi Covid-19. Para seniman yang biasanya bekerja menampilkan sebuah karya di panggung hiburan kini tak bisa leluasa menunjukkan kreativitasnya.

Belum lagi wadah karya mereka seperti bioskop dibatasi bahkan ditutup. Akibatnya, para pekerja seni kesulitan untuk mendapatkan penghasilan.

Baca Juga: Interview: Kisah Intan RJ Sempat Menolak Terima Vaksin Covid-19

Asri Welas [Revi C Rantung/Suara.com]
Asri Welas [Revi C Rantung/Suara.com]

Tak sepenuhnya terpuruk, kemajuan teknologi membantu para pekerja seni.

Ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Asri Welas mengisahkan nasib dirinya dan para pekerja seni di tengah pandemi Covid-19. Lebih lanjut, berikut wawacaranya.

Ruang kreativitas terbatas selama masa pandemi Covid-19?

Kalau pertunjukan nggak ada, bioskop tutup, bagaimana nasib seniman dan budayawan. Sama aja itu seperti kita nggak bisa berkarya lagi. Terus buudayanya jadi enggak jalan.

Berdampak kepenghasilan?

Baca Juga: Interview: Jatuh Bangun Christine Hakim Perankan Cut Nyak Dhien

Kalau begini industri film kita gimana, saya dan atas kru film yang lain, itu kita adalah pegawai honorer. Begitu kita keluar syuting, itu kita dibayar. Kalau nggak, ya kita di rumah. Terus bagaiamana, siapa yang mau bayar. Kita bukan pegawai kantoran yang dibayar setiap bulan. Sekali pertunjukan seniman budayawan itu ya itulah honornya.

Proyek film sebelum dan selama pandemi?

Jauh. Aku punya delapan film yang belum tayang. Jadi ditahan sama ph-ph. Terus kalau ditahan, ph-nya dapat uang enggak? Nggak adapat uang ph-nya. Karena dia enggak bisa menjual. Penjualan itu berdasarkan tiket nonton. Belum ada yang berani memunculkan film Indonesia lagi.

Kalau sekarang ada proyek film?

Ada dua film yang saya produksi. Ada satu web series, ada satu produksi TV juga. Alhamdulillah.

Asri Welas [Sumarni/Suara.com]
Asri Welas [Sumarni/Suara.com]

Bioskop ditutup, mensiasatinya seperti apa?

Akhirnya ada platform-platform digital yang menyediakan itu.jadi alhamdulillah kita para kru dan budayawan jadi penghasilan baru. Itu alhamdulillahnya.

Jadi beralih ke platform digital sepenuhnya?

Kurang gemes atau greget ya kalau enggak melihat langsung. Esensinya tuh kurang, jadi ya. Tapi yang dikangenin itu bersosialisasi lagi.

Penerapan protokol kesehatan di lokasi syuting hingga bioskop penting?

Ini kan sudah setahun ya kita ini dibatasi oleh kesehatan. Jadi yang mampu untuk melakukan pertunjukan, itu adalah yang mampu membayar sesuai protokol kesehatan ya itu bener.

Harapan?

Harapannya pemerintah dapat membackup kita untuk bilang kalau tempatnya seperti bioskop, tempat pertunjukan, konser, itu diprotokol kesehatan secara benar. Sehingga pelaksanya mematuhinya dan yang dateng enggak jadi takut, gitu loh. Mudah-mudahan pemerintah memainten kita sehingga seniman dan budayawan punya tempat proper dan tidak menularkan Covid. Itu penting banget dan diinformasikan.

Mudah-mudahan pemerintah mendukung supaya bisa diberi kelelauasan untuk berkarya. Harapnnya seniman dan budayawan ini bisa dapat bekerja lagi. Kedepannya, harapannya semua fasilias pertunjukan seperti bioskop bisa dibuka kembali, dan dibackup protokol kesehatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI