Suara.com - Sudah satu tahun lebih pandemi virus corona atau Covid-19 melanda Indonesia. Memasuki tahun kedua, Covid-19 semakin mengganas meski vaksin mulai disalurkan kepada masyrakat luas.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah guna memutus rantai penularan Covid-19 dengan kembali memperketat protokol dan membatasi kegiatan. Pembatasan itu berdampak kepada beberapa sektor industri di Indonesia seperti industri perfilman.
Asri Pramawati atau lebih dikenal dengan Asri Welas sebagai pekerja seni merasakan dampak nyata dari pandemi Covid-19. Para seniman yang biasanya bekerja menampilkan sebuah karya di panggung hiburan kini tak bisa leluasa menunjukkan kreativitasnya.
Belum lagi wadah karya mereka seperti bioskop dibatasi bahkan ditutup. Akibatnya, para pekerja seni kesulitan untuk mendapatkan penghasilan.
![Asri Welas [Revi C Rantung/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/05/15/68289-asri-welas-revi-c-rantungsuaracom.jpg)
Tak sepenuhnya terpuruk, kemajuan teknologi membantu para pekerja seni.
Ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Asri Welas mengisahkan nasib dirinya dan para pekerja seni di tengah pandemi Covid-19. Lebih lanjut, berikut wawacaranya.
Ruang kreativitas terbatas selama masa pandemi Covid-19?
Kalau pertunjukan nggak ada, bioskop tutup, bagaimana nasib seniman dan budayawan. Sama aja itu seperti kita nggak bisa berkarya lagi. Terus buudayanya jadi enggak jalan.
Berdampak kepenghasilan?
Baca Juga: Interview: Kisah Intan RJ Sempat Menolak Terima Vaksin Covid-19
Kalau begini industri film kita gimana, saya dan atas kru film yang lain, itu kita adalah pegawai honorer. Begitu kita keluar syuting, itu kita dibayar. Kalau nggak, ya kita di rumah. Terus bagaiamana, siapa yang mau bayar. Kita bukan pegawai kantoran yang dibayar setiap bulan. Sekali pertunjukan seniman budayawan itu ya itulah honornya.