Suara.com - Komika Ernest Prakasa merespons cuitan pegiat media sosial Eko Kuntadhi yang menuding film Nussa Rara mempromosikan Taliban gara-gara pakaian kedua karakternya, Nussa dan Rara.
Tanggapan Ernest cukup pedas. Sineas peraih Piala Citra ini menyinggung jatah komisaris yang belum didapat Eko sehingga menuding ada agenda macam-macam di film Nussa dan Rara.
"Belum kebagian jatah komisaris ya Mas? Semoga segera, amin!" cuit Ernest.
Ernest Prakasa justru punya pandangan yang bertolak belakang dengan Eko. Penulis dan sutradara film Cek Toko Sebelah ini menilai Nussa dan Rara membawa pesan positif.
Baca Juga: Film Nussa Disebut Promosi Taliban, Febri Diansyah: Isu Murahan Ini Pernah Serang KPK
"Selain mempromosikan nilai-nilai yang positif, Nussa juga salah satu lokomotif industri animasi dalam negeri. Semangat terus bawa Nussa ke tempat yang lebih tinggi bro @anggasasongko," cuit Ernest.
Cuitan Ernest memantik komentar pengguna Twitter. Tak sedikit yang sepakat dengan pendapat ayah dua anak itu.
"Mungkin dia belum pernah nonton koh, filmnya bagus!," komentar akun @klorofilhijau.
"Lokomotif animasi Indonesia, Ini nilai yang paling diharapakan dengan adanya film Nussa. Semoga banyak yang paham," sambung akun @kusumaagung25.
Sebelumnya, cuitan Eko Kuntadhi di Twitter jadi sorotan. Dia menyebut kalau film Nussa sedang mempromosikan Taliban.
Baca Juga: Eko Kuntadhi Tuduh Film Nussa Promosi Taliban, Netizen: Lu Mending ke Psikiater
Eko menyoroti pakaian dalam karakter animasi itu yang disebut mirip Taliban. Karakter animasi Nussa sendiri mengenakan baju koko dan peci. Sedangkan karakter Rara mengenakan hijab dan pakaian tertutup.
"Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan. Pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afganistan," cuit Eko di Twitter seperti dikutip oleh Suara.com, Minggu (20/6/2021).
Tak sampai di situ, Eko bahkan menuding film itu sedang mempromosikan khilafah ke dunia. Ia menyebut promosi film animasi Indonesia ke dunia sebagai hal yang merusak.
"Tapi film Nussa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira, Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban. Promosi yang merusak!" tuding Eko.