Suara.com - Vicky Zainal baru-baru ini mengadukan dugaan KDRT verbal yang didapat dari suaminya, Muliawan Setyadi Poernomo, ke Komnas Perempuan. Isu tersebut sengaja dibuka lantaran Muliawan ajukan banding hingga kasasi atas putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang mengabulkan gugatan cerainya.
Dalam pengakuannya, Vicky menyebut jadi korban body shaming oleh suaminya sendiri. Bahkan sang suami menolak berhubungan badan jika Vicky masih gemuk.
Selain KDRT verbal, Vicky dalam aduannya juga membawa isu perselingkuhan. Isu lainnya adalah terkait hak untuk memiliki anak.
Untuk lebih lengkapnya, berikut petikan wawancara dengan Vicky Zainal ihwal polemik rumah tangganya:
Baca Juga: Interview: Pernyataan Emil dan Pepeng Usai Hengkang dari Naif
Suami Anda yang gugat cerai. Tapi kenapa setelah dikabulkan oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dia malah banding dan kasasi?
Tanya pihak sana deh. Saya juga bingung jawabnya apa.
Kabarnya selama 10 tahun nikah suami nggak mau punya anak?
Iya betul, saya udah coba ke dokter sama dia.
Tapi Anda juga setuju untuk bercerai. Anda sendiri kenapa mau berpisah dengan suami?
Baca Juga: Interview: Kembalinya Jenny Cortez Usai Vakum Karena Anak
Saya hanya merasa terganggu dalam rumah tangga saya, udah itu aja. Ada hal yang saya simpan dan itu selama ini mengganggu saya selama 10 tahun, kecil-kecil lama kelamaan karena saya simpan jadi besar.
Anda mengungkap KDRT verbal saat membuat aduan ke Komnas Perempuan. Salah satunya soal body shaming dari suami sampai dia menolak berhubungan badan. Apa benar itu?
Iya, ada beberapa kata-kata kasar yang sering dia ucapkan, body shaming lah.
Kenapa Anda baru bicara setelah 10 tahun menikah?
Banyak hal ya, nama baik juga, malu juga pasti. Saya juga masih cinta dengan suami saya pada saat itu juga, jadi banyak hal yang memang saya tahan-tahan pastilah kalau rumah tangga ada yang ditahan-tahan kalau nggak kan gampang buyar ya, mau bagaimana pun masalah kecil ditahan ditahan terus tapi lama-lama jadi gunung es meledak juga. Saya pada saat itu ingin menyelamatkan keluarga saya.
Apakah keluarga tahu soal perlakukan buruk suami selama ini?
Awalnya mereka nggak tahu, tapi sekarang jadi tahu. Buat saya lebih baik ditelen sendiri dulu, karena kan untuk hal seperti itu lebih baik yang tahu yang kenal baik saya. Untuk yang lainnya saya nggak perlu cerita detail ke orangtua juga.
Di momen lebaran, apakah Anda buka pintu maaf untuk suami?
Dari awal perceraian, ada masalah dan sakpai kemarin pun saya masih membuka pintu maaf saya, masih membuka silaturahmi untuk bicara baik baik kok, saya ada di situ aja gak kemana mana. Saya bisa digubungin baik baik, saya juga bukan ornag jahat kalau dia mau bicara baik-baik, saya ada di sini.
Jadi lebaran tahu ini bakal berbeda ya dari sebelumnya?
Iya tahun kemarin agak takut ketemu orang, tahun ini mungkin udah legaan dikit, kemarin cuman ketemu aku sama, adik-adik masih takut, tahun ini kayaknya bisa keluarga inti aja sih ngumpul ya kayaknya.
Apa hal yang menguatkan Anda hadapi ini semua?
Ya pertama keuarga saya, kedua teman teman saya, menurut saya mereka tidak meninggalkan saya.
Apa hikmah yang bisa diambil dari perceraian Anda?
Ya jadi mandiri berkahnya, saya udah nggak pernah nyetir sepuluh tahun, nggak pernah masuk dapur, nggak pernah nyuci piring baju, semenjak covid kan saya takut ada pembantu juga jadi saya lebih mandiri, tadinya saya manja sekarang lebih mandiri aja.
Sempet kagok nggak sih setelah sepuluh tahun menikah jadi apa-apa sendiri?
Kagok, aku nggak pernah hal seperti itu tapi karena harus, terpaksa, mau nggak mau ya harus biasa.
Selain nyetir dan urus rumah sendiri apa yang baru di ramadhan ini?
Saya jadi bisa masak. Saya harus belajar masak, ini baru hari kedua saya nyetir sendiri tanpa sopir ya harus lebih mandiri lah.
Apakah Anda menyesal dengan semua ini?
Insyaallah nggak ya