Deddy Corbuzier Apresiasi Ceramah Gus Miftah di Gereja, Ini Isinya

Sabtu, 01 Mei 2021 | 10:32 WIB
Deddy Corbuzier Apresiasi Ceramah Gus Miftah di Gereja, Ini Isinya
Gus Miftah, Syekh Ali Jaber dan Deddy Corbuzier [Instagram/gusmiftah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Deddy Corbuzier mengapresiasi kedatangan sahabatnya, Gus Miftah, di peresmian Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, Penjaringan, Jakarta Utara. Gus Miftah bukan hanya sekadar datang, tapi turut memberikan ceramah di hadapan jemaat.

Aksi Gus Miftah itu diunggah Deddy Corbuzier di Instagram. Tampak pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta itu berdiri di mimbar dengan latar lambang salib.

Isi ceramah Gus Miftah menyinggung soal keberagaman agama yang ada di Indonesia. Namun hal itu bisa harmonis dengan adanya saling menghormati diantara umat beragama.

"Gus Miftah, nggak bisa berkata apa-apa lagi. Di saat heboh-hebohnya Paul.. Yahya, Kita masih Indonesia," tulis Deddy Corbuzier di Instagram, Jumat (30/4/2021).

Baca Juga: Soroti Dakwah Gus Miftah di Diskotek, Ustaz Abdul Somad Ajak ke Jalan Allah

Bukan hanya Deddy Corbuzier yang memberikan apresiasi untuk sahabatnya. Tetapi sederet selebriti lain pun memberikan respons serupa.

"Indah," ujar Young Lex.

Menyusul presenter sekaligus komedian Denny Cagur dan Ario Bayu yang menyematkan emoji love di kolom komentar.

Lalu seperti apa isi ceramah Gus Miftah dalam kesempatan tersebut? Berikut selengkapnya.

Di saat aku menggenggam tasbihku dan kamu menggenggam salibmu.

Baca Juga: Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Berguru ke Gus Miftah, Ini Wejangannya

Di saat aku beribadah di Istiqlal, namun engkau ke Katedral.

Di saat bio-ku tertulis Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan bio-mu tertulis Yesus Kristus.

Di saat aku mengucapkan assalamualaikum dan kamu mengucap shalom.

Di saat aku mengeja Al-Quran dan kamu mengeja Al Kitabmu.

Kita berbeda saat memanggil nama Tuhan. Tentang aku yang mengenadahkan tangan dan kamu melipat tangan sambil berdoa.

Aku, kamu, kita.

Bukan Istiqlal dan Katedral yang ditakdirkan berdiri berhadapan dengan perbedaan, namun tetap harmonis.

Andai saja mereka bernyawa, apa tidak mungkin saling mencintai dan menghormati antara satu dengan lainnya?

Terima kasih, assalamualaikum, shalom.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI