Noe Letto ternyata tak cuma aktif bermain musik, dia juga mengikuti jejak dakwah sang ayah Emha Ainun Najib di Rumah Maiyah, Yogyakarta. Di samping itu, Noe Letto menaruh perhatian lebih pada aktivitas di media sosial.
Musik di Kehidupan Noe Letto
Noe tak pernah membayangkan bahwa bermusik bakal menjadi salah satu jalan hidupnya. Musik pertamanya yang menggetarkan kalbu adalah ketika pamannya menghadiahi Noe kaset yang berisi lagu-lagu Queen. Sejak saat itu, Noe bercita-cita ingin menciptakan musik yang dapat menggetarkan rasa orang lain.
Gayung bersambut, setelah kembali dari Kanada Noe sering bermain musik di Studio Kiai Kanjeng, grup musik pimpinan Novi Budianto yang merupakan sahabat karib Cak Nun. Dari sana, Noe belajar teknik membuat musik, mulai mixing, mastering hingga memproduksi dan menulis musik. Noe kemudian banyak menulis lirik lagu yang akhirnya tertuang dalam album perdana Letto, Truth, Cry, and Lie.
Di saat yang sama, Noe juga menjalin kembali hubungan persahabatannya semasa di SMA Negeri 7 Yogyakarta bersama Patub, Arian, dan Dhedot. Keempatnya sepakat membentuk sebuah grup band bernama Letto pada 2004. Dalam sebuah sesi wawancara, para personel mengaku tak memiliki makna khusus dalam menamai kelompok musik mereka. Noe bahkan sempat berujar Letto berarti melet difoto sebagai gaya andalan mereka di depan kamera.
Antara Alquran dan Media Sosial
Noe mengikuti jejak sang ayah untuk berdakwah lewat Rumah Maiyah, Yogyakarta. Rumah Maiyah pimpinan Cak Nun mengajarkan konsep-konsep agama yang bisa membuat laku kehidupan menjadi lebih ringan, seperti percaya kepada takdir Allah dan tidak berharap pada manusia.
Noe Letto yang sampai menimba ilmu Matematika dan Fisika hingga ke Kanada ini pun meyakini bahwa semua sumber pengetahuan ada di Alquran. Hubungan antara Alquran dan sains, lanjutnya, ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Di dalam Alquran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu pengetahuan dan sains.
Dalam sebuah kesempatan ketika Ma’ruf Amin berkunjung ke Rumah Maiyah 2018 lalu, Noe memberi nasihat kepada sang wakil presiden soal menyikapi fenomena di media sosial. Menurutnya, fenomena di media sosial yang menimbulkan perpecahan patut mendapat perhatian lebih.
Baca Juga: Kisah Vokalis Letto Neo, Dari Atheis Memeluk Agama Islam Gegera Ini
Noe menyebutkan anak-anak muda pengguna media sosial kini sedang mengalami kebingungan. Salah satu penyebabnya adalah melimpahnya informasi yang bisa berujung pada hoaks. Apalagi media sosial kini menyebabkan sulitnya menemukan sumber-sumber primer atas sebuah informasi.